Sunday, March 14, 2010

Makan-makan bareng Mba Rina dan legenda Bremen

Hari Kamis aku merasakan Baso Tahu Cinta dan Siomay Senandung Rindu. Ceritanya ada di sini.
Lalu hari Sabtu, aku makan-makan bareng mahasiswa RRC dalam rangka Tahun Baru Cina, tepatnya tahun Macan.

Nah, hari Minggu siang, tanggal 14 Februari 2010, aku datang lagi ke acara makan-makan Mba Rina. Beliau sangat dekat di hati anak-anak PPI Bremen. Beliau sudah mengundang kami seminggu (atau 2 minggu?) sebelumnya.

Makan-makan adalah hal yang biasa. Tapi kali ini, ada kesan mendalam dalam acara ini. Peserta yang datang adalah pendekar-pendekar Legenda Bremen. Jarang sekali, ada orang-orang sakti berkumpul di satu tempat. Ini adalah pertanda bahwa tahun 2010 ini akan terjadi peristiwa yang mengguncang Bremen.

Para legenda Bremen yang hadir adalah
  • Aa Teguh, kuncen sakti penunggu Kuburan 24. Ilmu sakti Pancasona membuat Beliau abadi sehingga merasakan suka-duka menggunakan uang DM. Dia punya tip manjur buat mahasiswa baru yang ingin kurus. Yang perlu diwaspadai adalah kalau Beliau tertawa.
  • Sefa, pembunuh bayaran sakti di Mafia Wars (Facebook). Setelah tujuh tahun penantian, Beliau mendapatkan ilmu mahadahsyat untuk membuat kitab sakti thesis. Namun kini sedikit tertunda karena lahir Sang Buah Hati.
  • Sisfairy, pejalan sakti di Bremen. Dengan ilmu Langkah Sutera, dia cukup melangkah sedikit dan sampai di pusat kota Bremen dalam sekejap. Kemampuan lain adalah dia punya penciuman dan pendengaran yang tajam terhadap gosip yang beredar di Bremen dan Bremerhaven.
  • Ilham Nirwan, tabib sakti cinta dan karir. Beliau memiliki kesaktian untuk mengerti kata-kata Aa Teguh kalau lagi komat-kamit. Selain itu, info pekerjaan di Bremen bisa didapatkan dari Beliau. Tips-tips perjuangan cinta bisa dikonsultasikan kepada dokter cinta ini. Dia menguasai kesatuan teori dan praksis dalam bercinta. Lima tahun di Jerman dan tinggal di 3 kota membuat Beliau memiliki ilmu kebal sehingga tahan banting.
  • ISCAB, murid sakti. Beliau memiliki kecerdasan tinggi untuk mempelajari kesaktian para legenda di atas. Tapi Beliau tak pernah serius belajar, jadinya hanya sedikit kesaktian yang diturunkan dari para legenda sebelumnya. Kesaktian paling murni dari Beliau adalah Tsunami Internet. Dengan ilmu ini, Beliau membanjiri milis PPI Bremen dengan informasi yang kaga penting-penting amat.
Kesaktian para Legenda Bremen terletak pada kemampuannya bercerita. Cerita hanya diperoleh dari pengalaman hidup. Kesaktian mereka diuji di tempat ini. Mereka yang mampu memberikan cerita berkesan dan nasihat survival di Jerman adalah yang paling sakti. Biasanya semakin lama di Jerman, orang akan semakin sakti dan kesaktian ini bakal melegenda.

Cukup sulit memanggil Legenda Bremen. Mereka harus didatangkan menggunakan sesajen. Mba Rina memiliki sesajen kolak manis yang ampuh untuk mendatangkan mereka. Selain Mba Rina, cuma Haferkampung yang memiliki tempat keramat untuk memanggil para Legenda Bremen. Tapi untuk mengumpulkan semuanya dalam satu tempat, sesajen lengkap sangat dibutuhkan, misalnya ayam, sayur asem, kolak manis, sambal hijau, sambal merah, sambal terasi, dll.

Kembali ke acara makan-makan Mba Rina. Selain para legenda Bremen, hadir pula Ulfa, Atra, Veny, Mustafa (suami Sefa), dll. Pada sore hari, hadir salah satu selebriti muda Indonesia, yaitu Chacha Frederica. Dia mau magang di Bremen untuk menjalankan Dharma Mahasiswi SGU.

Aku senang dengan acara ini karena tahun ini para legenda Bremen bernasib cerah. Rata-rata mereka sedang menjalankan Dharmanya dengan baik sebagai seorang mahasiswa dan seorang manusia. Ada yang menjadi ibu, ada yang sedang menunaikan thesis, ada yang mulai semangat kuliah, ada yang sedang merencanakan pernikahan, dll. Semoga aku, ISCAB, sebagai salah satu legenda Bremen menyelesaikan thesis dengan baik tahun ini.


Macan

Kenapa judul blog ini Macan?

Ini bukan karena Trio Macan yang bisa nyanyi "Kucing Garong" sambil akrobat. Ini karena tahun ini adalah tahun Macan, menurut kalender Cina. Bulan lalu, aku merayakan Tahun Baru Cina sekaligus hari Valentine dengan makan-makan. Bagi orang Cina, Imlek lebih tepat disebut festival musim semi daripada tahun baru. Mirip dengan kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi yang memperingati musim semi sebagai awal tahun.

Semalam sebelum Tahun Macan dimulai, aku merayakan bersama kawan-kawan Cina di Bremen. Alasanku adalah aku belum pernah merasakan kebudayaan asli Cina (maksudnya yang asli dari RRC). Aku ingin tahu bagaimana mahasiswa-mahasiswi perantauan dari RRC merayakan hari ini di negeri seberang, yaitu Jerman.

Kebetulan seorang kawan bernama Zuo Lin mengadakan acara ini. Akupun mengontak dia sebelumnya lewat Facebook. Perjuanganku untuk mengikuti acara ini cukup berat karena aku tidak memiliki nomor telponnya. Selain itu, dia tidak membalas pesanku. OK, sebetulnya aku tidak diundang untuk bergabung dalam acara ini. Akan tetapi, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Pada hari H, aku mencoba menelpon Si Cantik untuk bertanya tentang acara ini. Karena dia adalah nyokap Zuo Lin, hehehe. Just kidding! Dia adalah teman kuliah Zuo Lin dan juga teman jalan-jalannya. OK, telpon berkali-kali tidak dibalas.

Napasku tiba-tiba sesak dan mataku pun berkunang-kunang. Penyakitku kambuh. Aku terkena memory flash. Semua pengalaman buruk di Bandung ketika menelpon melintas di mataku dan telingaku. Mustinya aku pergi ke psikolog untuk menghadapi semua trauma masa lalu ini.

Setelah aku sadar kembali. Aku menelpon Jie Hui, salah satu rekan kuliahku, yang juga teman dekat Zuo Lin. Tidak diangkat. Mungkin dia sibuk bekerja.

Lalu aku menelpon Jessie, salah satu rekan kuliahku dan Jie Hui. Diangkat. Ngobrol dan suara kresek-kresek lalu dia habis batere. Arggghhhhh. Aku tidak bisa bertanya kapan acara ini dimulai.

Air mata mengalir dari mataku. Akupun bertanya dalam diriku, apakah takdirku begini? Apakah kosmos tak mengijinkanku ikut acara ini. Aku melamun dalam kamarku. Apakah ini suatu karma akibat perbuatan buruk di masa lalu? Ataukah ini dosa turunan yang dilakukan bokap-nyokap atau eyang-eyangku?

Kata orang Jawa, "Gusti ora sare", yang artinya Tuhan tidak tidur. Aku teringat bahwa Zuo Lin memiliki pacar, yaitu Chanaka, rekan kuliahku. Aku juga mengikuti blognya. Aku harus mengontak Chanaka. Aku tidak punya nomor Chanaka. Tapi aku tak kehabisan akal. Kukontak Yonathan, rekan kuliahku dan Chanaka.

Aku bisa mengontak Yonathan. Aku juga bisa mendapat nomor telpon Chanaka. Hatiku berdebar-debar ketika menelpon Chanaka. Akankah dia mengangkat telponku. Pikiranku pun kalut karena aku menelpon sambil terkena penyakit memory flash. Bayang-bayang masa remaja ketika jantung berdebar menelpon cewe yang kutaksir tiba-tiba muncul. Woy, Chanaka itu cowo dan aku bukan homoseksual. Bayang-bayang menelpon dosen pembimbing meminta tanda-tangan ketika aku berniat mengumpulkan laporan TA di saat-saat injury time ketika di ITB juga tiba-tiba muncul. Kenapa jantungku berdegup kencang sekali?

Keluarlah suara Chanaka. Akupun terharu. Suaranya bagai Sri Rama, titisan Bhatara Wisnu, walaupun Chanaka berasal dari Srilanka, negeri Rahwana yang menculik Sinta, istri Sri Rama. Akupun teringat masa-masa kuliah tingkat 2 di ITB ketika berhasil menelpon seorang wanita untuk bikin janji pergi bareng.

Akan tetapi, penyakit ayan harus dikendalikan. Memory flash pun hilang dari mataku. Aku kembali ke alam sadar lagi. Aku meminta maaf kepada Chanaka karena meminta Yonathan memberitahu nomor telponnya. Ini bentuk rasa hormatku terhadap privasi kepada Chanaka dan Yonathan. Aku bertanya jam berapa acara dimulai. Chanaka menjawab jam 19.30. Tiba-tiba kresek-kresek dan hilang suaranya lalu putus. Akupun bengong.

Aku bersyukur kepada Tuhan karena tujuanku tercapai. Aku tahu kapan acara dimulai. Akupun mengontak Yonathan untuk berterimakasih sekaligus mengajaknya untuk ikut acara ini. Sayang sekali, dia lagi ingin di rumah dan sungkan untuk keluar rumah.

Apakah perjuangan telah mencapai kemenangan?
Ternyata belum!

Aku berangkat dengan gembira sambil bernyanyi-nyanyi. Aku merasa ceria karena bisa makan-makan bareng di rumah Zuo Lin bersama Si Cantik dan Chanaka serta rekan-rekan Cina yang lain. Aku membeli anggur merah sebagai pertanda bahwa aku tidak cuma bawa perut kosong ke acara yang aku tidak diundang. Sesampainya di kasir, aku membayar dan tersadar bahwa aku lupa bawa ponsel. Arrrghhh.

Akupun terhuyung-huyung. Mataku berkunang-kunang dan napasku sesak. Telpon genggam adalah satu-satunya cara untuk mengontak orang di sana. Karena nomor kamar dan bel tidak aku ketahui. Jadi telpon itu penting. Akupun merelakan diri ketinggalan bus menuju rumah Zuo Lin. Aku balik lagi ke rumah untuk mengambil ponsel. Sial! Aku harus menunggu bus 20 menit lagi.

Setelah itu, aku pergi ke halte dan menunggu bus berikutnya. Akupun murung dan duduk termenung di halte itu. Kepalaku pening. Udara dingin menusuk diriku namun tak setajam perasaan sedihku. Salju turun menemaniku kesedihanku. Aku tak bisa menelpon Si Cantik karena dia tak mau mengangkat. Aku juga tak mau mengganggu Yonathan yang lagi chatting sambil merayakan ulang tahun kekasihnya di Indonesia. Menelpon Chanaka juga kresek-kresek suaranya.

Kesepian seakan-akan menjalar bersama udara dingin dari kakiku menuju badanku lalu menghimpit dadaku hingga sesak. Kesadaranku melawan! Aku sadar bahwa aku tidak akan membiarkan kesepian membunuhku. Setidak-tidaknya bukan sekarang. Walau bayang-bayang masa lalu ketika aku berencana bunuh diri tiba-tiba muncul di halte itu, aku sadar bahwa aku tidak boleh menyerah.

Bus datang. Lampunya menyinariku bagai lidah api yang memberiku pencerahan Roh Kudus. Aku masuk bus dan hangatnya bagai belaian Tuhan kepada anak-Nya ini. Aku masih termenung. Semua rasa kesepian dari SD, SMP, SMA, kuliah S1, hingga kini kuliah S2 masih menyesakkan dadaku. Namun aku berjanji tidak akan menyerah kalah dari kesepian.

Aku sampai di Weidedamm. Perasaanku sedikit lega. Aku masih murung. Aku berjalan pelan. Tiba-tiba aku terpeleset. Lututku tertarik seakan-akan mau lepas. Aku biarkan diriku jatuh di jalan. Aku tak mau otot sobek dan lutut lepas. Akupun teringat cedera olahraga ketika kuliah S1. Dua kali lututku lepas (dislokasi) dan harus pergi ke dokter. Yang kedua, aku dioperasi. Saat dioperasi berbarengan dengan kejadian aku tertipu oleh seorang wanita. Akupun menangis di jalan memegangi lututku yang nyut-nyutan sambil kepalaku pening terbayang-bayang memori masa lalu.

Kemudian kesadaran memanggilku. Aku memegang lututku dan ternyata tidak lepas. Aku segera berdiri lalu berjalan tertatih-tatih menuju pintu asrama. Kucek botol wine juga tidak pecah. Kutelpon Chanaka karena aku sudah tak percaya Si Cantik lagi. Chanakapun turun. Kubersihkan badanku sambil kugerak-gerakkan kakiku untuk memulihkanku dari rasa sakit akibat jatuh. Aku juga memikirkan bagaimana caranya menyembunyikan muka bétéku. Tahun Baru Cina adalah hari bahagia jadi aku tidak ingin membawa "Schlechte Laune" alias "bad mood".

Chanaka datang dan membuka pintu. Akupun tersenyum bahagia. Ternyata senyum dan suara Chanaka menghapus sebagian besar kesedihanku. Namun sedikit murung masih nampak pada wajahku. Supaya Chanaka tidak banyak bertanya, aku bercerita bahwa aku terpeleset di depan.

Aku bertambah bahagia ketika bertemu kawan-kawan. Zuo Lin menendangku karena aku berkata "Gong Xi Fat Choy" namun entah kenapa dia mendengarnya "Gong Xi Fuck You". Aku membantu Si Cantik menggulung-gulung makanan: Dumpling rebus. Chanaka juga penuh cerita asyik, selain kemampuannya yang pas-pasan dalam membuat koktail. Tak berapa lama, Mas Dalang dan Mba Dalang datang. Semua kesedihanku terhapus. Aku tak perlu menyembunyikan kesedihanku dengan Poker Face di wajahku.

Aku makin terharu ketika makan dumpling rebus gotong royong. Walaupun aku memiliki shio Monyet, aku seperti anjing. Selalu setia kepada mereka yang memberi makan. Makanya sahabat selalu ada untukku, dari perut turun ke hati. Siapapun yang memberiku makanan enak tidak akan pernah hilang dari hatiku.

Di Tahun Macan ini aku diramalkan akan beruntung jika mengambil resiko. Aku mengambil resiko untuk datang ke acara ini, walau ada kemungkinan diusir karena tidak diundang dan kemungkinan telpon tidak diangkat oleh Chanaka. Ternyata aku tidak salah pilih. Acara ini menghiburku sebelum memasuki masa pantang seminggu berikutnya.

OK, berita buruknya adalah di tahun Macan, aku akan kehilangan seorang teman.
Tapi aku tak mau memikirkan siapa yang akan hilang. Toh, aku sudah kesepian. Hilang beberapa, tidak bakal banyak berbeda.

Tak berapa lama kemudian, datanglah Jie Hui, Jessie, dan Kevin. Wah, teman kuliah pada datang. Kamipun bercerita banyak. Lalu hari semakin malam, orang-orang Indonesia keluar dari kamar Zuo Lin dan pindah ke kamar Mas Dalang dan Mba Dalang. Si Cantik lagi punya urusan di sana. Setelah itu, Si Cantik dan aku pulang naik bus bersama lalu dia berganti bus dan kamipun pulang ke rumah masing-masing.

Hari berikutnya, aku juga punya acara makan-makan yang lain. Hehehe.

Sunday, March 7, 2010

CeBit 2010

Jumat, 5 Maret 2010 kemarin, aku pergi ke CeBit di Hannover. CeBit termasuk pameran elektronika besar di seluruh dunia. Banyak perusahaan dari berbagai negara datang ke Hannover Messe untuk pameran ini. Mereka terbagi dalam beberapa hall.

Aku pergi ke CeBit bersama Adip dan Kang Joko Teguh. Terjadi kecelakaan di stasiun Sebaldsbrück yang menyebabkan busku terlambat dan kereta ke Hannover memiliki jalur berbeda. Untung saja, aku dan kawan-kawan tidak ketinggalan kereta jam 8.18.

Di CeBit ini, aku tertarik dengan Green IT di Jerman. Letaknya di Hall 8. Karena kami sampai dari gerbang Utara, kami berjalan dari Hall 2 menuju Hall 8. Di sini, aku banyak mengambil brosur berisi grafik-grafik mengenai penggunaan energi dan pembuangan limbah elektronika.

Hal yang menarik di sana adalah ternyata pengolahan limbah di Jerman dikerjakan oleh perusahaan swasta. Di kotaku, Bremen, terdapat beberapa Recycling Center. Mereka bertanggungjawab dalam mengambil sampah. Recycling Center dibentuk oleh komunitas dan disponsori oleh negara, dalam hal ini Pemerintah kota (Bremen). Rumah tangga memilah-milah sampah dan sampah dibuang pada tempat masing-masing. Recycling Center mengutus truk sampah dan tukang sampah mengambil beberapa sampah (Gelbesack, Restemüll, Biomüll, dan Papier). Kita harus membuang botol ke kontainer. Sampah lain harus dibawa ke Recycling Center atau minta mereka mengirim truk (tentu harus bayar).

Penjelasan:
  • Gelbesäck, untuk bungkusan makanan dari plastik, kaleng, kertas alumunium (kotak susu dan jus), botol plastik, dll
  • Biomüll, untuk sampah bio atau organik, seperti daun-daunan dan sisa sayuran.
  • Papier, untuk kertas dan karton
  • Restemüll, untuk sampah lainnya yang bukan bahan beracun berbahaya (B3) dan bukan barang elektronika.
Recycling Center menyerahkan sampah-sampah yang sudah dipilah-pilah tersebut ke perusahaan swasta yang memiliki pengolahan sampah. Sampah yang bisa didaur-ulang dipotong kecil-kecil jadi granulat lalu dikirim ke perusahaan lain yang mendaur-ulang. Sampah organik yang bisa jadi kompos dibuat untuk campuran tanah dan pupuk.

Kembali ke CeBit, aku juga pergi ke Hall 9. Di sinilah tempat pameran penelitian universitas di Eropa. Sayang sekali, aku kurang lama di sini. Jadinya aku tidak dapat melihat perkembangan riset. Padahal aku ingin lanjut Ph.D. di Eropa. Lumayan, aku bisa melihat robot quadrotor yang bisa terbang dan hebatnya robot ini dikendalikan oleh iPhone dengan WiFi-nya. Sebelumnya aku melihat video di IEEE Spectrum. Kali ini, aku bersyukur bisa melihat dengan mata kepala sendiri.

Tiba-tiba Joko menghilang. Beliau memiliki kegemaran menghilang tiba-tiba. Tanpa telpon, sehingga sulit dikontak. Hanya orang yang memiliki kemampuan dukun saja yang bisa menemukan Beliau.

Adip dan aku menuju Hall 12 dan 13 untuk melihat Broadband World. Aku berharap untuk mendapatkan gambaran mengenai MIMO OFDM. Ternyata isinya adalah perusahaan-perusahaan yang menjual perangkat untuk broadband maupun menggunakan broadband. Tidak terlalu menarik.

Setelah itu, kami menuju Hall 14. Di sinilah aku bisa melihat CeBit Girls yang cuma pakai celana doang dan atasannya dicat (Body Painting). Sebagai pria heteroseksual yang jomblo, aku tertarik melihat yang kaya begini. Kemudian berlanjut Hall 15, 16, 17.

Yang menarik berikutnya adalah Hall 23 yaitu Intel Extreme Master. Di sini, aku bisa melihat wafer Intel Core i5. Adip dan aku didatangi oleh salah satu bos Intel Jerman. Beliau bercerita banyak mengenai chip Intel, SSD, dan Intel Nerd. Kami bisa melihat dan menyentuh chip Intel yang tidak di dalam package: Core Duo, Core i5, Core i7. Ternyata besarnya lebih kecil daripada ruas ujung jari telunjuk. Yang bikin besar adalah packaging.

Banyak orang yang mengobrol dengan Adip karena dia memiliki aura anak UI yang jago ngomong. Jadi teringat Mbah Mova. Nampaknya aku harus belajar banyak dari alumni UI bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan menarik. UI di sini adalah Universitas Indonesia.

Sebetulnya banyak cerita CeBit lainnya yang tidak terlalu menarik bagiku. Waktu itu, Adip tertarik dengan Ubiquitous Computing. Dia tertarik dengan "meja" yang bisa menampilkan gambar bergerak dan bisa disentuh untuk mengendalikan gambar. Adip tertarik untuk bisnis alat ini di Indonesia. Kembali lagi, aku teringat Mbah Mova.

Setelah lelah, sekitar jam 4, Adip dan aku pergi ke Hannover HBf untuk mengambil kereta ke Bremen. Sesampainya di sana, kami membeli Berliner dingin yang murah. Di stasiunlah kesaktian teruji. Kami berhasil menemukan Joko Teguh di sana. Aku bilang Adip, hanya orang-orang yang bakal lama tinggal di Bremen yang bisa menemukan Joko. Hahaha! Adip pun berkata "Anjing! Sialan lu!". Nampaknya sih yang menemukan Joko adalah aku, bukan Adip. Sesama legenda Bremen memiliki kesaktian yang mendekati. Nampaknya aku bakal lama... sangat lama... lama sekali... tinggal di Bremen.

Kamipun kembali ke Bremen naik kereta membawa lelah dan suntuk, serta brosur tentu saja. Joko dengan kesaktiannya membuat kami bisa mendapatkan kursi di kereta yang penuh. Kamipun bisa tertidur dalam kereta dan tak harus berdiri.

Adip beruntung bisa berjalan bersama dua orang Legenda Bremen. Semoga dia tidak ikut menjadi legenda.

***


***