Aku pergi ke CeBit bersama Adip dan Kang Joko Teguh. Terjadi kecelakaan di stasiun Sebaldsbrück yang menyebabkan busku terlambat dan kereta ke Hannover memiliki jalur berbeda. Untung saja, aku dan kawan-kawan tidak ketinggalan kereta jam 8.18.
Di CeBit ini, aku tertarik dengan Green IT di Jerman. Letaknya di Hall 8. Karena kami sampai dari gerbang Utara, kami berjalan dari Hall 2 menuju Hall 8. Di sini, aku banyak mengambil brosur berisi grafik-grafik mengenai penggunaan energi dan pembuangan limbah elektronika.
Hal yang menarik di sana adalah ternyata pengolahan limbah di Jerman dikerjakan oleh perusahaan swasta. Di kotaku, Bremen, terdapat beberapa Recycling Center. Mereka bertanggungjawab dalam mengambil sampah. Recycling Center dibentuk oleh komunitas dan disponsori oleh negara, dalam hal ini Pemerintah kota (Bremen). Rumah tangga memilah-milah sampah dan sampah dibuang pada tempat masing-masing. Recycling Center mengutus truk sampah dan tukang sampah mengambil beberapa sampah (Gelbesack, Restemüll, Biomüll, dan Papier). Kita harus membuang botol ke kontainer. Sampah lain harus dibawa ke Recycling Center atau minta mereka mengirim truk (tentu harus bayar).
Penjelasan:
- Gelbesäck, untuk bungkusan makanan dari plastik, kaleng, kertas alumunium (kotak susu dan jus), botol plastik, dll
- Biomüll, untuk sampah bio atau organik, seperti daun-daunan dan sisa sayuran.
- Papier, untuk kertas dan karton
- Restemüll, untuk sampah lainnya yang bukan bahan beracun berbahaya (B3) dan bukan barang elektronika.
Recycling Center menyerahkan sampah-sampah yang sudah dipilah-pilah tersebut ke perusahaan swasta yang memiliki pengolahan sampah. Sampah yang bisa didaur-ulang dipotong kecil-kecil jadi granulat lalu dikirim ke perusahaan lain yang mendaur-ulang. Sampah organik yang bisa jadi kompos dibuat untuk campuran tanah dan pupuk.
Kembali ke CeBit, aku juga pergi ke Hall 9. Di sinilah tempat pameran penelitian universitas di Eropa. Sayang sekali, aku kurang lama di sini. Jadinya aku tidak dapat melihat perkembangan riset. Padahal aku ingin lanjut Ph.D. di Eropa. Lumayan, aku bisa melihat robot quadrotor yang bisa terbang dan hebatnya robot ini dikendalikan oleh iPhone dengan WiFi-nya. Sebelumnya aku melihat video di IEEE Spectrum. Kali ini, aku bersyukur bisa melihat dengan mata kepala sendiri.
Tiba-tiba Joko menghilang. Beliau memiliki kegemaran menghilang tiba-tiba. Tanpa telpon, sehingga sulit dikontak. Hanya orang yang memiliki kemampuan dukun saja yang bisa menemukan Beliau.
Adip dan aku menuju Hall 12 dan 13 untuk melihat Broadband World. Aku berharap untuk mendapatkan gambaran mengenai MIMO OFDM. Ternyata isinya adalah perusahaan-perusahaan yang menjual perangkat untuk broadband maupun menggunakan broadband. Tidak terlalu menarik.
Setelah itu, kami menuju Hall 14. Di sinilah aku bisa melihat CeBit Girls yang cuma pakai celana doang dan atasannya dicat (Body Painting). Sebagai pria heteroseksual yang jomblo, aku tertarik melihat yang kaya begini. Kemudian berlanjut Hall 15, 16, 17.
Yang menarik berikutnya adalah Hall 23 yaitu Intel Extreme Master. Di sini, aku bisa melihat wafer Intel Core i5. Adip dan aku didatangi oleh salah satu bos Intel Jerman. Beliau bercerita banyak mengenai chip Intel, SSD, dan Intel Nerd. Kami bisa melihat dan menyentuh chip Intel yang tidak di dalam package: Core Duo, Core i5, Core i7. Ternyata besarnya lebih kecil daripada ruas ujung jari telunjuk. Yang bikin besar adalah packaging.
Banyak orang yang mengobrol dengan Adip karena dia memiliki aura anak UI yang jago ngomong. Jadi teringat Mbah Mova. Nampaknya aku harus belajar banyak dari alumni UI bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan menarik. UI di sini adalah Universitas Indonesia.
Sebetulnya banyak cerita CeBit lainnya yang tidak terlalu menarik bagiku. Waktu itu, Adip tertarik dengan Ubiquitous Computing. Dia tertarik dengan "meja" yang bisa menampilkan gambar bergerak dan bisa disentuh untuk mengendalikan gambar. Adip tertarik untuk bisnis alat ini di Indonesia. Kembali lagi, aku teringat Mbah Mova.
Setelah lelah, sekitar jam 4, Adip dan aku pergi ke Hannover HBf untuk mengambil kereta ke Bremen. Sesampainya di sana, kami membeli Berliner dingin yang murah. Di stasiunlah kesaktian teruji. Kami berhasil menemukan Joko Teguh di sana. Aku bilang Adip, hanya orang-orang yang bakal lama tinggal di Bremen yang bisa menemukan Joko. Hahaha! Adip pun berkata "Anjing! Sialan lu!". Nampaknya sih yang menemukan Joko adalah aku, bukan Adip. Sesama legenda Bremen memiliki kesaktian yang mendekati. Nampaknya aku bakal lama... sangat lama... lama sekali... tinggal di Bremen.
Kamipun kembali ke Bremen naik kereta membawa lelah dan suntuk, serta brosur tentu saja. Joko dengan kesaktiannya membuat kami bisa mendapatkan kursi di kereta yang penuh. Kamipun bisa tertidur dalam kereta dan tak harus berdiri.
Adip beruntung bisa berjalan bersama dua orang Legenda Bremen. Semoga dia tidak ikut menjadi legenda.
***
***
Heheheh, cucu condro, apa kau terkenang petuah petuahku
ReplyDeleteDr. Al'Afghani, petuah Mbah betul-betul memberiku inspirasi.
ReplyDelete