Monday, December 23, 2013

Setahun di Bremen 2.0

Ternyata sudah setahun aku berada di Bremen 2.0. Kusebut versi 2.0, karena dulu aku pernah hidup dan kuliah di Bremen untuk kemudian bekerja sejenak di Bayern. Aku mulai bekerja di Bremen 17 Desember 2012 dan berhenti di akhir Mei 2013. Lalu menjalani masa-masa pencarian kerja (baca: pengangguran), hingga awal September 2013, aku mulai mengerjakan kegiatan doktoral di kota tetangga Bremen, yaitu Oldenburg.



Di Bremen ini pula, aku telah menyelesaikan pelaporan pajak, seperti yang kurencanakan tahun lalu. Laporan pajak ini cukup rumit karena harus melengkapi dokumen ini-itu dari berbagai instansi. Aku menggunakan konsultan pajak (Steuerberater) dari Arbeitnehmerkammer Bremen. Aku membayar 10 EUR untuk laporan pajak tahun 2011 dan 10 EUR lagi untuk 2012. Jadi total biaya konsultasi 20 EUR. Untuk tahun depan, aku masih bisa menggunakan jasa Arbeitnehmerkammer Bremen untuk laporan pajak 2013. Sesudah itu, aku harus melaporkan pajak sendiri tanpa konsultan. Aku akan menggunakan Elster untuk urusan ini.



Di Bremen 2.0, aku juga gagal bersosialisasi. Masing-masing memiliki kesibukan berbeda. Sulit juga mengharmoniskan jadwal bertemu dengan kawan-kawan lama di Bremen. Akibatnya ketika aku pindahan, tiada kawan yang membantu walau tangan berdarah-darah. Banyak orang baru di Bremen dan karena aku introvert, aku sulit berkenalan dengan mereka. Selain itu, aku sudah tua dan mereka rata-rata masih muda. Orang-orang yang bisa menjembataniku dengan kaum muda sulit kutemui. Kegiatan PPI Bremen juga sepertinya mati tahun ini. Pengurus PPI Bremen sama sekali tidak bisa mengakses kaum muda dan acaranya. Aku lumayan terisolasi tahun ini dan sulit berkenalan dengan orang baru.

Tahun ini juga di Bremen, bukan waktu dan tempat yang cocok untuk mencari jodoh. Aku masih sibuk dengan urusan kerja (dan karir). Aku belum punya karir. Jadi kalau ada yang bilang kalau aku sudah mapan, rasanya aku ingin menonjoknya. Apalagi kalau bilang, kalau aku mapan dan saatnya mencari jodoh, aku ingin menonjoknya lalu menendangnya. Intinya aku sedang disibukkan dengan pencarian jati diri. Aku masih meraba-raba di mana tempatku di dunia kerja dan ingin jadi apa aku. Aku tidak mau melibatkan diri dalam kompetisi pencarian jodoh yang melelahkan. Dulu aku harus berkompetisi tingkat tinggi untuk mendapatkan mantanku yang cantik. (Suruh siapa cari jodoh harus cantik, ya?)

Aku tidak dapat kerja, karir, dan cinta di Bremen. Kini aku menjadi mahasiswa doktoral di Oldenburg. Mungkin kota ini lebih menjanjikan? Aku tak tahu. Sekarang aku tinggal di Bremen dan berkarya di Oldenburg. Aku menjadi komuter antara kedua kota ini. Aku juga belum tahu apakah tahun depan, aku akan pindah ke Oldenburg. Beberapa rekan kerja dan rekan studi tinggal juga berkomuter antara dua kota ini. Kemungkinan besar aku akan tetap tinggal di Bremen selama 3 tahun. Aku malas pindahan.

Aku ingin bersyukur atas satu tahun di Bremen ini. Semoga angin Bremen membawaku ke taman harapan. Di sana aku akan menari dan bernyanyi dalam alunan puji syukur kepada Sang Pencipta.


Bremen, 23 Desember 2013

iscab.saptocondro

Monday, November 18, 2013

Akhir pekan di pertengahan November 2013

Akhir pekan lalu di Bremen, aku ingin pergi ke gereja St. Johann di Bremen lalu makan-makan bersama kawan-kawan Perki Bremen. Akan tetapi bukan itu yang terjadi di akhir pekan lalu.

Selain ingin makan enak di Perki Bremen di hari Minggu, aku juga ingin ikut rapat Natal Perki Bremen. Aku kebagian seksi konsumsi. Akan tetapi bukan itu yang terjadi di akhir pekan lalu.

Pada hari Sabtu, aku ingin makan-makan bersama  beberapa mahasiswi doktoral. Aku ingin merasakan menu all-you-can-eat, di suatu warung bakso di Bremen. Sekalian berkenalan dan berdiskusi. Akan tetapi bukan itu yang terjadi di akhir pekan lalu.

Pada hari Jumat malam, aku pergi ke acara Indian Culture Night di ESG Bremen. Makanannya enak, bahkan sampai nambah. Aku berkenalan dengan mahasiswi cantik tinggi dari Toulouse Perancis yang belajar ekologi dan mahasiswi cantik keriting Bremen yang belajar psikologi. Ingin bisa melanjutkan party bersama salah satu dari mereka. Good boys go to heaven but I wanna be taken anywhere. Akan tetapi bukan itu yang terjadi di akhir pekan lalu.

Pada acara kebudayaan India tersebut, seperti biasa di akhir acara ada World Party. Lagu-lagu dugem Punjabi yang memiliki "beat" yang sesuai jiwaku. Loncat-loncat, tarian Bangra, dll. Aku pun bergembira bersama mahasiswa-mahasiswi India. Beberapa mahasiswi India bergoyang dengan temperamen energik. Sebagai  seorang "dance aficionado", aku suka klepek-klepek sama cewek yang menari energik dan sporty. Buatku tarian Punjabi, Afrika, maupun Amerika Latin memiliki temperamen yang asyik dan penuh gairah. Aku berharap bisa dugem lama bersama mereka, menikmati musik Punjabi. Akan tetapi bukan itu yang terjadi di akhir pekan lalu.

Yang terjadi di akhir pekan lalu adalah seorang Dukun Kuncen kehilangan kuncinya. Akhir pekan yang indah, dan penuh rencana, menjadi rusak. Ketika aku merogoh isi celanaku, bukan dalam rangka hal-hal mesum dan maksiat, aku menemukan sesuatu yang hampa atau nihil. Inilah awal dari kisah Dukun Kuncen kehilangan kunci.


Bremen, 18 November 2013

iscab.saptocondro

Padamnya KJRI Hamburg

Bulan ini, aku berusaha memiliki paspor baru. Aku berusaha mencari info: persyaratan dan formulir yang penting. Aku tahu tempat terdekat untuk mengurus paspor adalah Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hamburg. Ketika aku mengutak-atik upil dan internet, kutemukan website KJRI Hamburg, seperti di bawah ini.

Laman KJRI Hamburg, 8 November 2013


Ternyata laman ini lagi turun (down) karena belum bayar hosting. Sempat panik, kalau ini ulah Anonymous Australia. Ternyata cuma belum lunas.



Sepuluh hari berlalu. Aku pun membuka lagi laman tersebut. Kini sudah bisa dibuka. Formulir sudah kuunduh dan syarat-syarat penting pun kukumpulkan. Sekarang saatnya merencanakan perjalanan ke Hamburg. Semoga paspor bisa lekas kudapat dan tahun depan aku memiliki status, yang tidak seperti lagu Vidi Aldiano.



Sesungguhnya status pada visaku masih belum jelas. Semoga tahun depan, aku bisa mendapat visa Student dengan paspor baru.


Bremen, 18 November 2013

iscab.saptocondro

Dukun Kuncen kehilangan kunci

Di hari Jumat Pon menjelang tengah malam, yang berarti Malam Sabtu Wage, seorang Dukun Kuncen kehilangan kunci-kuncinya. Ini bukan teknik kuncian ketika memiting orang dalam bela diri. Ini juga bukan kunci dalam bermain gitar, baik kunci "Key" maupun kunci "Chord". Ini betul kunci sekunci-kuncinya.

Dukun Kuncen yang biasa memegang kunci pusaka yang menghubungkan dua dunia, bisa kehilangan kunci rumahnya. Bagaimana bisa? Sungguh memalukan! Ini adalah bentuk malpraktek Dukun Kuncen.

Dukun Kuncen ini pun merapal mantra dan berdevosi kepada St. Antonius dari Padua, Italia, sambil mengayuh sepedanya melewati jalan-jalan yang ia lalui sebelumnya. Dimulai dari tempat pesta di dunia gemerlap, hingga rumahnya. Kenikmatan duniawi tidak bisa dirasakan dukun ini, malah ia harus menunggu pesta usai untuk mencari kunci sekaligus membantu membersihkan tempat dunia kelap-kelip. Padahal sudah kenalan dengan beberapa cewek cantik dan banyak cewek seksi yang pandai bergoyang. Ya, nasib! Ya, nasib!

Dukun Kuncen ini pun harus menelpon teman kosnya untuk membukakan pintu, dengan smartphone yang "low bat". Betapa sialnya, dukun ini. Teman kosnya pun mandi tanpa kembang lewat tengah malam untuk mempersilakan Dukun Kuncen ini bisa masuk kembali ke rumahnya.

Dalam menarik kekuatan gaib untuk menuntaskan masalah kunci ini, Dukun Kuncen membuka buku mantra Haftpflichtversicherung. Dukun ini pun kaget dan "shock" (Apa bedanya, yah?).

Ternyata mantra Schlüsselversicherung tidak ada di dalamnya. Kitab mantra ini tidak sesakti kitab premium, ini baru mantra dasar. Ia pun panik. Rencana berburu serigala Jack Wolfskin untuk dijadikan jaket musim dingin buyar sudah. Ia akan mengeluarkan banyak kepeng Eropa demi masalah kunci ini.

Tiga hari, Dukun Kuncen ini pun berpantang, yang tidak ada hubungannya dengan diet OCD yang lagi trendy. Ia pantang keluar rumah sebelum masalah kehilangan kunci ini beres. Ia mengontak ibu kosnya untuk menyelesaikan bersama-sama. Mungkin akibat mantra kepada St. Antonius dari Padua dan mantra Lingkaran Sakti Mawar Bunda Maria, ibu kos luluh dan hanya menyuruh Sang Dukun Kuncen pergi ke Schlüsseldienst. Di sana, dia akan bertemu Nymph Kuncen bernama Suzi Schlüsselschmied.

Sesampainya di perempatan sakti, tempat kakak beradik Sam dan Dean Winchester bertemu "crossroads demon" di film seri Supernatural, Si Dukun mencari Nymph tersebut. Dukun pun menemukan gerbang yang tertutup menuju alam nymph. Untuk melakukan mantra "Nymph Summoning", ia membaca tulisan pada gerbang tersebut: "Opening Hour bla bla bla". Oh, bukanya satu jam lagi.

Sang Dukun Kuncen pun meresapi mantra tersebut. Ia mengingat bahwa untuk mendapatkan sesuatu, seseorang harus berpuasa dan berpantang. Sang Dukun teringat diet OCD, sebagai metode puasa. Oleh karena itu, pergilah ia ke warung kebab Ali Baba dan makan Dürüm Kambing terlezat dan terempuk sambil membayangkan dirinya sedang diet OCD.

Ternyata teknik ini berhasil menciptakan ilusi mengenai waktu. Tidak sehebat dilatasi waktu pada Teori Relativitas Khusus, tapi perspektif mengenai waktu bisa bergeser. Satu jam menunggu di warung kebab masih lebih baik daripada menunggu di depan pintu Schlüsseldienst.

Sang Dukun Kuncen bisa bertemu Suzi Schlüsselschmied. Nymph ini memberi Ngraga Sukma Kunci, suatu teknik duplikasi kunci. Untuk ini, dukun harus bersepeda bolak-balik dari rumah dan tempat nymph ini. Semua karena satu kunci tidak pas dengan lubangnya. Semua perjuangan kunci ini usai sudah.

Teman kos yang mandi tanpa kembang lewat tengah malam


Demi kunci yang hilang, ia kehilangan Sabtu Diet OCD Impian bersama kawan-kawan di tukang bakso.
Demi kunci yang hilang, ia kehilangan Minggu Diet OCD Impian bersama kawan-kawan di perjamuan kudus plus-plus.
Demi kunci yang hilang, ia kehilangan Senin Thesis dan harus ke tukang kebab membayangkan dirinya melakukan diet OCD.

Ternyata Dukun Kuncen ini tidak semandra-guna Dukun Teguh yang kesaktiannya bisa membuat gunung Eyjafjallajökull di Islandia meletus ketika ia mencabut kuncinya di Eropa. Dukun Kuncen baru ini masih dalam masa percobaan menjadi dukun. Memang lebih mudah menjadi dukun cabul daripada dukun kuncen.

Bremen, 18 November 2013


Doa Kepada St. Antonius dari Padua, kalau kehilangan barang (wiki: en,de,id).


Wednesday, November 13, 2013

Nasi Manis Wangi

Senin kemarin, aku berinovasi memasak Nasi Manis Wangi. Seperti biasa, aliran seni memasak yang kumiliki adalah aliran ekperimentalis. Aku selalu kritis terhadap dogma-dogma yang bernama resep masakan. Inovasi harus ada dalam memasak, bukan hanya dalam penelitian. Aku mencoba memasak nasi dengan aroma yang wangi.

Bagaimana cara membuat resep Nasi Manis Wangi?

Beginilah caranya.

Pertama, bangunlah pagi dalam keadaan mengantuk.

Kedua, berencanalah memasak Nasi Kuning. Sebetulnya lebih tepat disebut nasi berwarna kuning, karena tidak menggunakan santan dan bumbu-bumbu itu.

Ketiga, rencanakan memasukkan bubuk kunyit. Walau rencana tinggallah rencana.

Keempat, sadarilah bahwa ternyata tidak punya bubuk kunyit dan yang tadi dimasukkan adalah bubuk kayu manis. Makanya kalau ngantuk jangan masak!

Kelima, terimalah nasi yang bercampur kayu manis tadi dan berilah ia nama "Nasi Manis Wangi". Karena kali ini, nasi tidak menjadi bubur, melainkan menjadi wangi.

Begitulah resep membuat Nasi Manis Wangi.

***

OK, keesokan harinya, aku membeli bumbu yang benar. Supaya masak makanan kaga hancur lagi. Teman kosku yang cantik pun kaga sudi makan Nasi Manis Wangi hasil seni masak eksperimentalisme dariku.

***

Nampaknya aku harus mengikuti workshop memasak lagi di Bremen. Aku harus menyatukan Bremen dalam memasak, sehingga masakanku yang Chaotic bisa lebih terkendali oleh suatu Order. Workshop yang pernah kuikuti adalah sebagai berikut



Inovasi berikutnya adalah Siomay Janda Kembang. Tunggu tanggal mainnya eh masaknya.


Oldenburg, 13 November 2013

iscab.saptocondro

Tuesday, August 13, 2013

Bencana Toilet

Hari ini, aku mengalami bencana di toilet. Berbeda dengan ketika di Nürnberg, Bayern dulu, ketika aku harus menangani alat guyur (flush) yang jebol di hari pertama aku tinggal. Selain itu, pipa pembuangan yang didesain tidak benar mengakibatkan aku tidak boleh membuang banyak sesuatu ke toilet. Aku harus membuang sedikit sesuatu, lalu guyur, lalu sedikit lagi sesuatu, lalu guyur. Sesuatu itu termasuk juga toilet paper, bukan hanya tahi. Jadinya boros air, sih. Tapi demi kelancaran mengguyur, mau tak mau harus begitu.

Kali ini, di Bremen, toiletku lebih menyenangkan. Desain pipa pembuangan benar, jadi aliran air lancar. Sayangnya dudukan toilet tidak terpasang dengan benar. Untuk orang dengan berat badan ekstra seperti diriku, dudukannya sering goyah. Jadinya aku harus duduk dengan hati-hati supaya tidak tiba-tiba miring. Kemiringannya masih dalam tahap tidak mengganggu kelancaran bidikan antara lubang toilet dengan lubang lainnya pada manusia. Tapi kalau tiba-tiba miring, efeknya bisa mengagetkan.

Ternyata hari ini, bukan hanya efek yang mengagetkan, melainkan membencanakan. Ketika aku sedang bersih diri, tiba-tiba gubrakkk. Dudukan toilet mendadak miring ke kiri. Bukan hanya kaget, ada hal lain yang bikin repot. Kerepotan ini terjadi karena tissue atau toilet paper untuk bersih diri tiba-tiba masuk ke lubang anusku. Aku pun kebingungan memikirkan bagaimana mengeluarkan tissue dari anus. Kucoba mengeden, ternyata susah. Mau tidak mau, tissue harus kutarik dari lubang anus. Akhirnya bisa kukeluarkan dengan sempurna.

Bencana toilet hari ini mengingatkanku akan indahnya Indonesia. Di sana, aku tak perlu kertas untuk bersih diri. Aku cukup menggunakan sabun dan air. Aku tak perlu kena musibah tissue masuk ke dalam lubang anus. Musibah hari ini, membuatku merasa bahwa aku disodomi secara nista oleh kertas toilet setelah dijebak oleh dudukan toilet. Hari ini, akibat musibah ini, suara kentutku tidak berbunyi "tut... tut... tut...", tetapi "hah... hah... hah...".

Hari ini, aku harus belajar banyak untuk lebih berhati-hati dengan dudukan toilet. Aku pun menulis di blog ini karena kalau diceritakan secara lisan, aku merasa diriku sungguh nista dan tidak dipercaya di hadapan kawan-kawanku.


Bremen, 13 Agustus 2013

iscab.saptocondro

P.S. "Bersih diri" artinya cebok


Monday, August 5, 2013

Pembantu yang Berbahagia

Hari ini aku tidak mau berbicara mengenai pembantu di Indonesia yang pada mudik di Indonesia. Aku juga tidak mau berbicara mengenai orang-orang yang merasa dirinya bekerja rodi karena ditinggal mudik oleh para pembantu mereka. Aku teringat kata Immanuel Kant, "Perbuatlah kepada orang lain, sebagaimana kamu ingin mereka perbuat padamu", yang mengutip Injil Matius 7:12 dan Lukas 6:31. Yang merasakan kerja rodi karena kehilangan pembantu, adalah orang yang memaksa pembantunya bekerja rodi untuk mereka.

Aku ingin berbicara mengenai seminggu yang lalu. Aku bangun pagi dengan keinginan membantu orang. Tidak tahu kenapa. Mungkin ini karena aku memiliki naluri pembantu. Mungkin ini karena terinspirasi film Pay it Forward/Das Glücksprinzip (wiki:de,en/imdb). Mungkin juga ini suatu gangguan psikologis bernama sindrom mesias (Messiah Complex). Yang jelas, aku terbangun pagi hari dengan suatu keinginan membantu orang untuk berbahagia.

Aku merasa bahwa membahagiakan orang lain mungkin menjadi kunci untuk membahagiakan diriku. Jadinya aku berkeinginan untuk membantu orang untuk berbahagia. Minggu lalu, aku tak tahu ingin membantu siapa. Lebih tepatnya siapa duluan yang perlu kubantu.

Ada teman-temanku yang memiliki sorot mata kesepian dan sepertinya jiwanya lelah. Namun mereka menyembunyikan semuanya dalam obrolan tak penting atau status Facebook dan Twitter yang sok religius. Mungkin status religius tersebut membantu mengalihkan perhatian dari kegalauan dan dari jiwa yang tak tenang. Tetapi tetap saja, kalau ketemu mereka atau kalau melihat foto di Facebook, sorot mata letih dan kesepian selalu terpancar. Jadi kata-kata mereka seakan hanya topeng.

Aku berpikir bagaimana membantu orang untuk berbahagia. Kalau aku mencoba mengajak ngobrol, nanti aku dituduh PHP (Pemberi Harapan Palsu). Tapi membantu orang lain harus selalu dimulai dengan membuka jalur komunikasi. Kupikir-pikir aku masih perlu belajar banyak untuk menjadi pembantu, eh, maksudnya membantu orang untuk berbahagia.

Minggu lalu, aku mencoba merenungkan Dharmaku ini, yaitu membahagiakan orang lain. Aku berefleksi dengan mengendarai sepeda. Angin di sepanjang Sungai Weser mengalun merdu membuat seluruh rambut di kulitku ikut menari. Aku merenung dalam setiap kayuhan kakiku di pedal sepeda. Banyak sekali pertanyaan mengenai siapa yang harus kubahagiakan, bagaimana cara membahagiakan, kapan dan di mana bisa berbahagia, dll.

Dalam perjalanan bersepedaku, sampailah aku ke tempat reparasi sepeda. Aku ingin membenarkan sumbu pedalku. Aku bertanya mengenai kunci untuk membetulkan pedal. Orangnya segera memutar baut penting supaya pedal kencang pada tempatnya. Seusainya, aku bertanya berapa harganya. Dia jawab layanan tersebut gratis. Aku senang sekali dan berterimakasih padanya. Kali ini aku dibantu orang ini untuk berbahagia.

Kemudian aku melanjutkan pergi ke tempat lain. Ada suatu undangan mendadak makan gratis. Aku pun berterima kasih karena undangan ini. Keluarga yang mengundangku ini selalu membantuku untuk berbahagia.

Dalam perjalananku ke undangan tersebut, terjadilah fenomena Black Monday. Ban belakang sepedaku tiba-tiba miring. Akupun harus berhenti di suatu perempatan. Aku mencoba membenarkan sepedaku. Tiba-tiba ada orang bergigi ompong dengan aroma alkohol pada mulutnya yang menghentikan sepedanya. Ia pun bertanya apakah aku butuh perangkat (obeng, kunci, dll). Aku mengiyakan. Aku terheran-heran mengapa dia memiliki toolbox lengkap. Lalu dia membantuku membenarkan ban belakang. Dia bertanya apakah sepedaku baru. Kuiyakan lagi. Dia berkata bahwa sepeda baru sering memiliki masalah dengan sekrup yang kendor. Jadi semua sekrup dan sendi harus dikencangkan. Ia pun membantuku mengencangkan poros ban belakang. Aku bertanya kenapa dia memiliki toolkit lengkap. Dia menunjukkan kartu identitasnya. Ternyata dia bekerja membetulkan sepeda. Lalu ia pun segera pergi dengan sepedanya. Orang ini membantuku untuk berbahagia di hari Senin minggu lalu.



Ternyata keinginanku untuk membuat orang bahagia pada hari tersebut tidak tercapai sebagaimana yang kubayangkan. Aku malah dibahagiakan oleh orang lain secara acak. Sepulang dari undangan makan gratis, aku merenungkan kembali bahwa aku harus membantu orang menemukan kebahagiaan mereka. Aku harus membantu orang secara acak.

Banyak sekali cara membantu orang secara acak (random act of kindness). Contohnya, aku bisa berhenti bersepeda dan membantu orang berfoto-foto di jembatan di atas Sungai Weser dengan memegang kamera. Membantu nenek-nenek membukakan pintu trem atau bus. Selama ini, aku membantu orang menginap gratis di tempatku, baik dengan skema Couchsurfing maupun dengan skema Kawan PPI. Sebetulnya aku ingin membantu orang yang kesepian karena aku dulu pernah merasakan kesepian, hingga harus mengobrol dengan jeruk. Tapi niatku yang ini belum kesampaian.

Oh, ya, ini lagu soundtrack film "Pay it Forward", yang berjudul "Calling All Angels" dari Jane Siberry. Semoga lagu ini bisa semakin menambah semangat orang-orang yang ingin membantu sesamanya untuk berbahagia.


Bremen, 5 Agustus 2013

iscab.saptocondro

Tuesday, June 25, 2013

Bujangan Bremen

Pada suatu akhir pekan, di suatu pertemuan bersama, seorang kenalan mengobrol denganku. Sebut saja, namanya Tanya. Oh, ya, namaku adalah Jawab, karena iscab sebetulnya tidak suka menjawab.

Tanya : "Kamu masih bujangan, yah?"
Jawab : "Iya, kok tahu?"
Tanya : "Itu, baju yang lu pakai kaga disetrika."
Jawab : "Oh!"

***

Kemudian obrolan berlanjut mengenai menyetrika dengan prinsip 5W+1H (what, where, when, who, why, how). Karena aku tidak konsentrasi dalam obrolan, aku pun lebih banyak memikirkan Iron Man menyetrika kolor merah Superman. Akibat salah menyetrika, Man of Steel tidak memakai kolor merahnya lagi. Ini seperti pepatah Bung Karno, "Amerika kita setrika, Inggris kita linggis." Akupun berpikir apakah Captain America suka menyetrika.

Ternyata hidup melajang di Bremen membuatku malas menyetrika. Aku hanya menyetrika untuk keperluan wawancara kerja, pertemuan resmi, dan kondangan. Akupun bertanya pada diriku sendiri, apakah kemampuanku menyetrika berhubungan dengan proses pencarian wanita idaman.

Bügeln für den Weltfrieden!


Bremen, 25 Juni 2013

iscab.saptocondro

Wednesday, June 5, 2013

Persimpangan Lagi

Kali ini, aku berada di persimpangan lagi. Aku masih berhenti sejenak untuk memikirkan langkah selanjutnya. Ke mana aku akan melangkah? Melangkah seperti apa? Semuanya betul-betul belum kuketahui.

Aku teringat dua tahun lalu ketika berada di persimpangan, aku diliputi suatu kecemasan. Lalu kupilih jalan yang tidak terlalu cocok dengan jiwaku. Namun perjalanan ini melatihku untuk melawan naga dan iblis yang menghadangku. Perjalanan ini juga membuatku mengenal banyak orang: mana yang tukang copet, mana yang memberiku air kehidupan untuk melepas dahagaku, dan mana yang membekaliku dengan jurus-jurus baru.

Kini akupun kembali berada di persimpangan yang lain. Ada jalan kembali ke akarku. Ada jalan yang sama untuk meneruskan perjalanan sebelumnya. Ada jalan yang gersang namun kuyakin di ujung sana aku akan menemukan cintaku. Mana yang akan kutempuh? Aku harus memutuskan dalam waktu terbatas, sebelum preman menutup semua jalan dan menyisakan satu, yaitu kembali ke akar.

Akupun berhenti memandang peta. Aku berpikir keras dan kuamati baik-baik peta pemberian Simon Kemp. Kuharapkan jalan yang kupilih berada pada trajektori yang tepat, dan stabil menurut Lyapunov, menuju kemenangan. Semoga bisa kulaksanakan pesan Saykoji, "Hari Kemenangan akan segera tiba!".

PayGoodLove
I want to win.




Bremen, 5 Juni 2013

iscab.saptocondro

Wednesday, May 1, 2013

30 April 2011

Memandang jalan dekat apartemenku yang sekarang di daerah Bremen-Neustadt, kuteringat kejadian dua tahun lalu. Suatu hari di hari Sabtu yang cerah, 30 April 2011, ada ajakan berlari-lari di Bremen dalam rangka lingkungan hidup. Aku tidak mengikuti usulan tersebut, tetapi hari itu aku tetap berlari-lari. Kali ini, aku bukan berlari-lari bersama Heli, melainkan bersama polisi-polisi Jerman.


sondereinheit1
Satuan khusus anti huru-hara, oleh Hartoyo


OK, aku berlari bersama demonstran lain ketika dikejar polisi anti huru-hara. Hari itu, aku mengikuti demonstrasi menentang pawai Neo Nazi yang diadakan di daerah Bremen-Neustadt. Selebaran anti Neo-Nazi sudah disebarkan sebelumnya di universitas, Gereja, Masjid, kafe, dll. Hari-hari sebelumnya, aku datang melihat persiapan demo yang dilakukan ESG Bremen (Evangelische Studierenden Gemeinde), juga diskusi-diskusi mereka. Mereka mempersiapkan demonstrasi damai, dengan poster warna-warni.


esg-bremen-taz
ESG Bremen berdemo damai, oleh TAZ, die Tageszeitung


Selain itu, aku juga ikut dalam persiapan demo bersama Mrs. M, Mr. S, dan Mr. R. Dalam persiapan, Mr. S menerangkan jejaring manusia dan organisasi yang memiliki ideologi Neo-Nazi. Partai politik dengan ideologi ini contohnya adalah sebagai berikut.

  • Nationaldemokratische Partei Deutschlands (NPD, wiki:de,en)
  • Die Republikaner (REP, wiki:de,en)
  • Deutsche Volksunion (DVU, wiki:de,en)
  • Bürger in Wut (BIW, wiki:de,en)
  • Partei Rechtsstaatlicher Offensive (PRO, wiki:de,en)
  • Bürgerbewegung pro NRW (Pro-NRW, wiki:de,en), yang berpusat di Köln (Cologne)
  • Bürgerinitiative Ausländerstopp (wiki:de), di Nürnberg dan München

Masih ada organisasi kepemudaan yang tergabung dalam ideologi kanan ini, baik yang hanya diawasi (wiki:de) maupun sampai dilarang (wiki:de). Ketika pawai, ada pula massa tidak terorganisir seperti "bobotoh" ideologi ini yang turut serta, contohnya Frei Kameradschaften. Selain itu, ada juga sel-sel teror berideologi ini, contohnya Nationalsozialistischer Untergrund (NSU, wiki:de,en). Disebut sel teror karena aksi terorisme mereka adalah menembak dan menusuk orang dan mereka memiliki bahan peledak.

***

Kembali ke cerita 30 April 2011. Demo ini dihadiri banyak orang dari berbagai organisasi.

  • ASTA Uni Bremen (Badan Eksekutif Mahasiswa, Universitas Bremen), juga ASTA HS Bremen, dan universitas di Bremen dan sekitarnya
  • partai politik kiri (SPD dan Linke), juga hijau (Grünen)
  • ESG dan KHG Bremen
  • gereja-gereja dan masjid-masjid
  • anak sekolah
  • mahasiswa-mahasiswi
  • Antifa (wiki:de,en), kelompok anti fasisme. Biasanya berpakaian hitam dan berkacamata hitam, dan selalu siap berkonfrontasi secara fisik dengan lawannya. Bisa disebut "Schwarzblock" (blok hitam)
  • dan lain-lain

Seperti demo lainnya, semua selalu diawali dengan damai. Ada truk demo dengan musik damai. Ada orang yang membawa gitar dan kendang, lalu bernyanyi, menari, dan bermusik. "In the jungle, the mighty jungle, where the lions sleep tonight..."


demo-damai
Demo damai sambil bernyanyi, oleh Rafi & Ade


Selain itu, aku bertemu Gadis Beruang Kecil, di demonstrasi tersebut. Wanita ini, peneliti di kantor Mr. S. dan Mr. R. Seperti biasa, setiap bertemu, wanita ini selalu memelukku. Inikah rasanya pelukan seekor beruang yang kecil?


Little-Bear
Aku dan Gadis Beruang Kecil di suatu pesta, oleh Felix Oey


Sampailah 4000 orang kelompok penentang Neo-Nazi di beberapa perempatan daerah Neustadt. Aku bersama Mrs. M, Mr. S, dan Mr. R berhenti dekat perempatan Pappelstraße-Langemarckstraße. Kami bertemu kakak-beradik yang membuat beberapa foto di posting ini. Keduanya terpaksa ikut demo karena lupa bawa KTP untuk bisa masuk ke apartemen mereka di daerah Neustadt yang sudah dibarikade polisi. Kami duduk sejenak menanti kedatangan pawai Neo-Nazi.


demonstran-bayaran
Makan-gak-makan asal ngumpul, oleh Rafi & Ade


***

Sementara itu, 3000 polisi mempersiapkan keamanan pawai NeoNazi supaya tidak bentrok dengan demonstran anti Neo-Nazi. Ada polisi dengan kamera. Ada "Sondereinheit" (special force) anti huru-hara yang biasanya berukuran besar, menggunakan body-protector bernama "Schildkröte" (kura-kura) serta membawa pentungan. Walau dengan pakaian tebal seperti itu, mereka bisa berlari cepat. Aku sudah membuktikannya ketika berlari bersama mereka, "kejarlah daku, kau kutangkap" kata Lupus.


polisi-berbaris
Polisi bersiap-siap, oleh Hartoyo


Polisi juga sudah mempersiapkan barikade. Lengkap dengan panser dan kendaraan mandi gratis.


Panzer
Panser Jerman, oleh Hartoyo


OK, mandi gratis dengan water canon.


water-canon
Water canon, oleh Hartoyo


***

Kira-kira gambaran perempatan tempat kami berhenti. Juga dekat dengan rumahku sekarang, seperti ini.


pappelstrasse-bremen
Perempatan Pappelstraße-Langemarckstraße, oleh Hartoyo


Awalnya polisi santai dengan barikade 2 lapis. Lalu datanglah demonstran. Aku masih bernyanyi bersama demonstran damai.


barikade-polisi
Barikade Polisi Dua Lapis, oleh Hartoyo


Demonstran memenuhi jalan Pappelstraße. Polisi menambah personel dan menambah 1 lapis lagi untuk menahan demonstran.


demonstran-pappelstrasse
Demonstran di Pappelstraße, oleh Hartoyo


***

Datanglah pawai Neo-Nazi. Mereka membawa bendera, poster, dan truk. Seperti biasa, mereka membawa jargon-jargon anti imigran, anti orang asing (Ausländer), anti Islam, pekerjaan untuk orang Jerman. "Ausländer raus!" (orang asing keluar Jerman).


Pawai-Neo-Nazi
Neo-Nazi melewati perempatan Pappelstraße-Langemarckstraße, oleh Hartoyo


Truk sewaan dilengkapi speaker mengeluarkan propaganda fasis.


truk-Neo-Nazi
Truk Neo-Nazi dengan speaker, oleh Hartoyo


Kelompok anti Neo-Nazi pun berdiri dan meneriakkan yel-yel anti Neo-Nazi dan fasisme. "Nasionalismus raus aus dem Kopf" (Buang ide nasionalisme dari kepalamu). "Alerta, alerta, antifascista!".

Oh, ya, seperti yang dikatakan oleh Bung Karno, nasionalisme negara terjajah, berbeda dengan nasionalisme Eropa. Nasionalisme Eropa berbentuk fasisme dan berhubungan dengan penindasan bangsa lain. Nasionalisme Indonesia, sebagai negara terjajah, menurut Bung Karno, mengutip Otto Bauer (wiki:en,de), berasal dari perasaan senasib-sepenanggungan kaum tertindas untuk melawan penindasnya, sehingga pada akhirnya bisa berdiri sebagai bangsa yang sejajar.

Jadi aku bersama kelompok anti fasis meneriakkan yel-yel "Nasionalismus raus aus dem Kopf". Orang Jerman memiliki trauma yang dalam akan nasionalisme model Nazi, beserta trauma Perang Dunia II yang mengikuti fasisme ini.


alerta-antifa
Kelompok anti fasisme meneriakkan yel-yel menentang pawai Neo-Nazi, oleh Rafi & Ade


***

Pawai Neo-Nazi pun berlalu dari perempatan itu. Kondisi mulai memanas. Massa Antifa mulai berlari mencari celah menembus barikade. Sebagian mencari perempatan lain. Atau taman dekat situ. Sebagian berusaha melakukan dorong-dorongan dengan polisi. Awalnya aku membentuk barikade bersama kawan untuk menekan polisi. Akan tetapi, barikade lepas setelah polisi mengarahkan pepper-spray pada barikade terdepan.


nazi-vorbei
Neo-Nazi berlalu, oleh Hartoyo


Polisi anti huru-hara mulai bergerak cepat. Apalagi ketika barikade polisi lapis ketiga mulai jebol di beberapa titik.


anti-huru-hara
Polisi menambah penjagaan pawai, oleh Hartoyo


***

Setelah berlari-lari menembus celah-celah barikade lapis ketiga, sampailah aku dan kawan-kawan di perempatan lain, Langemarckstraße-Westerstraße.


Gambar Westerstraße ketika demonstran sampai di sana, oleh Rafi & Ade


Di sana, mobil mandi gratis sudah mengarah kepada demonstran. Mereka siap "membabtis" orang-orang dengan semburan air kecepatan tinggi.


water-canon
Mobil mandi gratis dengan water canon, oleh Rafi & Ade


Kondisi memanas ketika demonstran blok hitam berusaha melakukan konfrontasi fisik dengan polisi. Ada suara tembakan pertama. Suaranya kecil. Demonstran blok hitam mulai mencabuti rambu-rambu lalu lintas. Tembakan kedua, juga suaranya kecil. Ada molotov dan batu yang terlempar. Lalu ada tembakan ketiga yang suaranya lebih besar.

Demonstran hitam dan yang damai tiba-tiba berlari. Ternyata polisi anti huru hara mengejar. Akupun berlari bersama kawan-kawan. Polisi ini "Sondereinheit" (satuan khusus) berbadan besar, berlari cepat, dan bawa pentungan. Aku berlari paling belakang setelah mengumpulkan kawan-kawan semua dalam satu rombongan. Salah satu Dharmaku sebagai  seorang demonstran adalah melindungi anggota grup jangan sampai tertangkap. Hal ini dilatih dalam Masa Bina Cinta di kampus Gajah Tapa di Bandung dulu.

Kami berlari-lari menyusuri Sungai Weser yang indah. Melewati bawah jembatan, tapi tidak sambil nyanyi lagu "Under the Bridge". Sampailah kami dekat rel kereta api. Blok hitam masih membuat ulah. Mereka melempari polisi dan mobil polisi dengan botol dan batu.

Aku bingung mengapa mereka memblokir rel kereta api dengan palet kayu dan qubitainer dari pabrik dekat rel. Oh, ya, pabrik tersebut adalah pabrik pengepakan madu, tempatku dulu bekerja. Bukankah tujuan demo adalah menentang Neo-Nazi? Bukan untuk melepas stress dengan menentang otoritas. Demonstran damai sepertiku jadi harus ikut lari-lari. Aku juga bingung kenapa aku harus lari. Akupun hanya berbaring telentang di atas rumput hijau dekat situ, menikmati hangatnya mentari dan sejuknya udara.

Aku pun kembali berjumpa Gadis Beruang Kecil setelah sempat terpisah dalam kacaunya demonstrasi hari itu. Seperti biasa, ia mengajakku olahraga bareng. Akupun menyambut positif ajakannya. Kali ini, bukan olahraga lari-lari bersama polisi.

Demonstran damai pun duduk bersama menikmati mentari sambil melihat demonstran blok hitam berulah. Memblokir rel kereta api dengan ban terbakar, palet kayu, qubitainer. Sial sekali mereka yang naik kereta Oldenburg-Delmenhorst-Bremen. Jalur kereta terputus. Polisi pun menaklukan demonstran blok hitam.

Akhirnya Mrs. M berkata "Demo telah usai. Mari kita masak ayam bumbu bali!". Kami menyambut gembira ajakannya. Lalu kami pergi belanja dan pergi ke rumahnya untuk masak dan makan bareng. Makan gak makan asal ngumpul. Energi yang habis dipakai berlari terisi ulang oleh lemak bumbu bali dan karbohidrat nasi. Tentu saja sambil membahas acara demonstrasi sebelumnya.

Bagaimanakah kondisi Westerstraße setelah aku berlari dari sana?
Ternyata ulah blok hitam begitu parah. Mereka membakar banyak barang, juga mencabuti rambu-rambu lalu  lintas.


bakar
Bakar-bakaran, ulah Blok Hitam (Schwarzblock), oleh Rafi & Ade


Oh, ya, di tempat lain, ada juga mobil Neo-Nazi yang dipukuli hingga penyok dan pecah. Serta beberapa Neo-Nazi sempat dikeroyok demonstran. Tidak ada yang mati.

***

Angka-angka dalam demo 30 April 2011 ini adalah sebagai berikut

  • 188 Neo-Nazis berpawai
  • 4000 orang dari berbagai organisasi dan paguyuban menentang Neo-Nazi
  • 3000 polisi, yang bukan hanya dari Bremen
  • 1,2 juta EUR biaya menjaga pawai Neo-Nazi ini


***

Dua tahun berlalu. Aku tinggal di daerah Neustadt, tempat aku pernah berpartisipasi dalam demo tersebut. Aku belum bertemu Gadis Beruang Kecil. Hanya pesan teks saja yang menghubungkan kami berdua. Siapa tahu kami berenang bersama di kolam renang di daerah ini.

Bremen, 1 Mei 2013

iscab.saptocondro

Monday, April 1, 2013

Undangan pertemuan kaum muda Bremen 13 April 2013

Kepada Kaum Muda-mudi Bremen yang tercinta,

Bersama ini, aku sampaikan pertemuan kaum muda-mudi Bremen yang akan diadakan
di Wisma Sapto Condro
Moselstr. nomor sekian-sekian (akan diberitahu via japri)
Hari Sabtu, 13 April 2013
pukul 17:00-20:00
Tema acara "Bangun Pemudi Pemuda. Singsingkan lengan bajumu."
Tujuan acara adalah membantu Condro pindah rumah. Tepatnya memindahkan barang dari truk ke dalam apartemen Condro. Yang kuat membantu mengangkat kardus, yang lemah membantu menghibur dengan bernyanyi atau bercerita.
Halte terdekat adalah Pappelstrasse, yang dilalui trem 1 (dan 8), serta bus 26 atau 27.


Acara akan dilanjutkan dengan ramah tamah di warung makan Sea Moon.
Tema ramah tamah "Yang muda yang bercinta"





Bremen, 1 April 2013

iscab.saptocondro

P.S. Ini serius, bukan April Mop

Sunday, March 31, 2013

Obrolan aneh di hari Paskah

Di hari Paskah ini, aku datang ke suatu undangan. Aku merasa kali ini aku sebaiknya datang ke acara ini. Aku memiliki firasat bahwa aku akan bertemu banyak orang yang dekat di hatiku. Ternyata benar, ada senior jurusan otomasi, yang bercerita indahnya dunia engineering di Italia. Seseorang yang jarang kutemui. Ada pula, junior jurusan otomasi, yang bercerita cerianya bekerja dan bekeluarga di suatu kampung di Niedersachsen.

Selain itu, menu nasi kuning, rendang, dan kolak, betul-betul menghibur diriku yang baru sibuk urusan mengepak barang untuk pindahan. Oh, ya, dalam dua minggu, barangku akan berpindah dari Nürnberg ke Bremen. Lalu urusan berikutnya adalah sekolah mengemudi. Memiliki SIM Jerman bisa membuat pindahan jauh lebih murah. 

Seusai kegembiraan pertemuan ini, ada suatu hal yang menyebalkan. Orang Indonesia memiliki masalah dalam menghormati privasi orang. Di saat aku masih stress dengan urusan kepindahanku ke Bremen, masih ada orang yang sok tahu mengurus pilihan hidupku mengenai jodoh. Betul-betul cara tidak sopan menyambut orang yang baru datang ke suatu kota.

Baru kali ini, aku merasa kesal dengan obrolan seperti ini. Aku diatur bagaimana aku harus mencari jodoh. Kapan aku harus mencari jodoh. Bagaimana aku harus membawa jodoh. Aku tidak menyangka kalau jawabanku bahwa aku masih mengurus kepindahanku ke Bremen, tidak cukup menjawab pertanyaan mereka kenapa aku tidak mencari jodoh saat ini. Bapak-Ibuku dan keluargaku yang lainnya bahkan tak pernah mengatur diriku seperti ini. Sedangkan ini, orang yang sama sekali tak dekat di hatiku, bisa sok mengatur jalan hidupku.

Untung aku lelaki. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku perempuan. Bagaimana peer group menodongkan pertanyaan yang tak berhenti. Jawaban apapun takkan memuaskan mereka. Setiap jawabanku dibantah dengan kata-kata yang sok mengatur bagaimana seorang mencari jodoh. Mereka hanya ingin membakar pantat orang yang ditodong pertanyaan.

Aku teringat seorang perempuan. Dia menangis usai suatu pertemuan orang Indonesia. Pada pertemuan itu, ia ditodong berbagai pertanyaan seputar pilihan hidupnya. Cecaran pertanyaan memang bisa melelahkan. Kali ini, aku yang jadi target interogasi.

Kini kusadari kenapa beberapa orang Indonesia di Bremen dalam menerima undangan akan bertanya "Siapa aja yang diundang?", "Siapa aja yang datang?", dll. Mereka tidak mau bertemu orang tertentu. Mereka harus pasang kuda-kuda dan siap mental kalau sampai bertemu orang yang ini atau orang yang itu.

Aku pun bersyukur karena aku bisa belajar mengenai pribadi manusia. Kali ini, aku harus berhati-hati dalam memilih lokasi tempat duduk dan ada siapa dalam ruangan. Aku harus menghindari orang tertentu sebelum dia mulai obrolan skak mat. Atau lebih baik, aku lebih banyak bertemu mahasiswa yang bisa mengobrol tema pendidikan, politik, film, dll daripada bertemu orang-orang yang mengobrol topik dunia perjodohan melulu.



Bremen, 31 Maret 2013


Thursday, March 28, 2013

Paska stress

Minggu lalu, aku menghadapi beberapa hal yang membuatku stress.

Pertama, internet dan telpon via DSL tidak jalan. Dari 28 Februari hingga pertengahan Maret, aku bolak-balik ke Kundencenter (customer service) perusahaan telekomunikasi terbesar di Jerman. Customer service yang tidak mengerti produk yang dijual dan cuma mengandalkan layar monitor. Selain itu, telpon hotline menggunakan software speech processing yang hanya cocok untuk mereka berbahasa-ibu Jerman (deutsche Muttersprache/ german mother language).

Akhirnya, kutahu bagaimana mengurus masalah ini via website. Aku bisa memasukkan keluhanku via website, ditambah beberapa ancaman (hehehe). Setelah tiga minggu, yaitu 19 Maret, aku bisa menggunakan DSL ini untuk internet (dan telpon). Itu pun dengan kerja keras mencari di mana kabel telpon dan kotak utama di rumah. Akibat urusan ini, aku tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaanku dan insomnia (sampai sekarang).



Kedua, aku pergi mencuci dengan gembira di suatu malam, sepulang kerja. Wajah ceriaku sebelum mencuci bisa dilihat di blogku yang berbahagia. Di sana, terlihat pula seorang jomblo di malam Sabtu, pergi mencuci untuk perdamaian dunia. Washing for World Peace, euy!

Akan tetapi kebahagiaan ini tak bertahan lama. Akibat ketidaktahuan akan jadwal washing center, bencana pun tiba pada diriku ini. Di tempat mencuci tersebut, tidak tertulis jadwal. Aku keluar sebentar untuk secangkir coklat hangat, ternyata pintu otomatis mengunci pada jam tertentu. Ketika aku berbalik, pintu tertutup erat dan terkunci rapat.

Satu lagi yang brengsek, informasi nomor telpon yang harus dihubungi terletak di dalam washing center bukan di pintu atau di luar tempat itu. Terpaksa, keesokan harinya, aku harus mengambil pakaianku yang tertinggal di sana. Lumayan, aku belajar bahwa washing center ini tutup jam 22.00 dan nomor telpon pemiliknya sudah kucatat.



Ketiga, aku masih mengurus kepindahan dari Nürnberg ke Bremen. Urusan telpon di atas membuat waktu dan pikiran terkuras. Ketika aku tidak bisa pergi ke Nürnberg akibat kepala pening, aku mencuci pakaian untuk perdamaian. Ternyata bukan kedamaian yang kudapat, melainkan tambahan stress dan gangguan jam tidur.

Minggu lalu, kudapat telpon dari pemilik rumah kalau akan ada calon penyewa yang ingin melihat apartemen di Nürnberg. Akupun segera pergi ke Nürnberg, membereskan tembok yang bolong dan membereskan beberapa hal. Calon penyewa positif mengambil apartemen tersebut. Untungnya, dia pengusaha tranporter. Jadinya aku bisa menyewa jasanya untuk pindahan. Aku juga mendapat jadwal untuk pindahan.

Urusan pindahan ini lumayan membuat ketenangan Paskah diriku terganggu. Aku juga harus mengatur janji mana yang harus kutepati dan kubatalkan di Bremen. Nampaknya, aku harus merayakan Paskah di Nürnberg.

Keempat, aku salah mengklik tautan di internet. Ini akibat rasa ingin tahuku, tentang apa hubungan hacktivist Anonymous dan suatu kampung bernama Steubenville, di Ohio, USA (Amerika Serikat). Akibat klik ini, tiba-tiba aku menginvestigasi banyak forum, blog, berita, dll yang tentu saja menambah klik jemariku untuk hal di luar pekerjaan utamaku.

Tentang kampung ini, aku akan menceritakan di posting blog berikutnya. Yang jelas kampung ini betul-betul ramai di media berbahasa Inggris: USA, UK, dan Kanada (serta mungkin Australia?). Mengikuti berita ini bisa membuat stress mereka yang bermimpi tentang dunia yang penuh keadilan dan kesetaraan. Perjuangan masih panjang.



Akibat sistem otomatisasi hotline yang menyebalkan, juga kegagalan sistem otomatis pemindahan saluran DSL dari Nürnberg ke Bremen, dan ditambah terkunci oleh pintu otomatis, aku jadi benci dengan otomatisasi dan hal-hal yang serba otomatis. Namun kusadari kalau aku lulusan Automation Engineering, jadi membenci otomatisasi itu sama saja menyangkal diriku sendiri. Kemudian, kutumpahkan semua kekesalanku yang otomatis dalam tulisan "Otomatiscab".

Aku bersyukur kepada Tuhan, karena aku dapat belajar banyak dari ketegangan ini. Aku juga merasakan bahwa yang membuatku tetap merasa hidup adalah rasa ingin tahuku. Rasa penasaran inilah yang membimbingku dalam Dharmaku sebagai engineer (juga sebagai blogger investigatif, hehehe). Namun kini, aku harus berjuang melawan insomnia. Perjuangan masih panjang, tapi kupercaya bahwa hari kemenangan akan segera tiba.


Bremen, 28 Maret 2013

iscab.saptocondro

Saturday, March 2, 2013

Surat Byar Pet dari perusahaan listrik

Hari ini, kuterima surat yang bukan surat cinta. Jadi surat ini bukanlah lukisan luka di hati Hedi Yunus yang jangan kuhempas bila tak ingin kusentuh.

Surat ini adalah surat dari perusahaan (distribusi) listrik lokal di Bremen, yaitu SWB. Pada surat tersebut, terdapat informasi bahwa akan diadakan perbaikan jaringan listrik di daerahku. Kegiatan ini akan diadakan antara 15 Maret dan 1 Juli 2013. Pada masa tersebut, akan ada pemadaman bergilir maupun serentak satu jalan.

Seumur hidup di Bayern, baik 3 bulan sebelah kandang sapi di suatu kampung maupun 1 tahun 4 bulan di ghetto kota metropolitan, belum pernah kurasakan mati lampu. Hanya di Bremen, kurasakan mati lampu dua kali dalam 5 tahun, sebelum kuterima surat ini. Oh, ya, jangan tanya berapa kali mati lampu di (Kabupaten) Bandung. Karena mati lampu di Indonesia terlalu indah, sehingga menginspirasi musisi untuk bikin lagu: "DJ Tolong Matiin Lampunya Dong".

Untuk mengenang masa-masa mati lampu zaman dahulu dan menikmati pemasangan smart meter dan smart grid di daerahku, lagu "mati lampu" akan kucoba ku-embed. Semoga ifttt dan wordpress memungkinkan. Jika tidak, klik aja tautan di atas.

http://www.youtube.com/watch?v=eZrb-IusdJI

http://twitter.com/saptocondro/status/307930787246923776

Bremen, 2 Maret 2013

P.S. Ini uji coba IFTTT lagi.

Thursday, January 3, 2013

Urusan pajak di Jerman

Awal tahun 2013 ini, kumulai belajar mengenai urusan pajak penghasilan. Ada beberapa informasi yang kudapatkan.

Dari petunjuk kawan:

Dari kedua kisah di atas, kudapatkan petunjuk resmi melaporkan (pajak) penghasilan di Jerman, yaitu

  • Elster, pelaporan pajak secara elektronik (elektronische Steuererklärung)
  • Formular-Management-System (FMS) der Bundesfinanzverwaltung: formulare-bfinv, tempat mengunduh formulir
  • Finanzamt terdekat, lalu tanya-tanya dan minta formulir

OK, setelah kubaca, aku pusing. Mungkin akhir pekan ini, aku baca-baca websitenya lalu menyerah dalam keluguan. Setelah itu, datang langsung ke Finanzamt terdekat untuk tanya-tanya secara personal.

Selain itu, aku juga bingung, kenapa tidak ada laporan pengeluaran. Aku ingin melaporkan pajak tahun 2012 dan 2011. Ada pemasukan dan juga pengeluaran. Aku mengeluarkan uang untuk laptop dan pindah rumah, yang kemungkinan bisa berpengaruh dalam pengembalian pajak. Namun formulir yang nampak hanya formulir pemasukan.

Setelah menyelesaikan urusan pajak ini, akan kuceritakan di posting blog berikutnya.

Bremen, 3 Januari 2013

iscab.saptocondro