Wednesday, December 5, 2012

Legenda Bremen dan buku panduan studi ke Jerman

Kota Bremen, dengan anginnya yang dingin menyegarkan, memiliki banyak cerita yang selalu mengalir dalam kehangatan orang-orang Indonesia yang makan tidak makan asal berkumpul. Sebagian dari mereka menjadi legenda, bukan karena studinya, melainkan karena mereka memiliki sesuatu yang dibagikan kepada segenap manusia.

Terkadang mereka tidak menjadi kepala suatu organisasi. Namun mereka memilih menjadi jantung alias "the heart of organisation". Mereka mengisi segenap suka duka manusia-manusia Indonesia di Bremen. Itulah yang membuat mereka menjadi legenda di Bremen.

Kali ini, aku akan bercerita mengenai dua orang yang pernah menamatkan studinya di Bremen, yaitu Abe Susanto dan berikutnya Okta Nofri. Yang pertama adalah legenda Bremen yang belum pernah kutemui. Yang terakhir adalah seorang kawan seangkatan penerima beasiswa DAAD. Kesamaan keduanya adalah menulis buku tentang studi ke Jerman.

Abe Susanto (li,fb,tw) menerima beasiswa DAAD untuk mengikuti program doktoral di Universität Bremen. Bidang penelitiannya adalah rumput laut (http://rumputlaut.org). Dia mengajar di Universitas Diponegoro Semarang. Di Bremen, dia dikenal oleh banyak orang Indonesia dari berbagai kegiatan dan perkumpulan. Ada yang bilang kalau dia "Pak RT-nya Bremen". Aku tak pernah bertemu

Bersama dengan I Made Wiryana dan Adang Suhendra, Abe Susanto mengarang buku Orang lugu sekolah di Jerman. Buku ini membantuku dalam memperjuangkan beasiswa hingga bisa kuliah di Bremen. Buku tersebut bisa dibeli di toko buku, seperti dulu kubeli di Gramedia. Kalau senang dengan yang gratis, buku tersebut bisa diperoleh di kambing UI dalam bentuk pdf: Sekolah di Jerman. Resensinya bisa dilihat di Google Books.

Okta Nofri (li) mengikuti program doktoral di Jacobs University of Bremen. Bidang penelitiannya adalah ekonomi. Berbarengan denganku, dia menerima beasiswa DAAD, sehingga kami kadang pergi bersama mengikuti seminar gratis yang diadakan oleh DAAD. Di Bremen, dia senang berkumpul di Pengajian Bremen dan pada rapat-rapat penting PPI Bremen.

Ada selentingan kabar di tahun 2008, kalau Okta Nofri mengarang buku: Panduan Studi di Jerman for SmartStreet Student. Aku belum membaca buku tersebut jadi tidak bisa berkomentar banyak di posting blog kali ini. Silahkan cari bukunya di tautan yang diberikan oleh SmartStreet.

Selain kedua orang tersebut, ada satu orang Indonesia di Bremen yang senang mengarang buku di Indonesia. Namanya adalah Mas Nganu. Buku-buku karangannya tentang IT dan arsitektur. Dia sempat menceritakan keinginannya tentang menulis buku mengenai kuliah di Jerman. Tapi aku belum menemukan buku tersebut. Kudoakan semoga pengalamannya menjadi mahasiswa Erasmus bisa tertuang di buku.

Sebetulnya ada lagi orang Indonesia di Bremen yang lagi membuat novel. Tapi sepertinya perjalanannya (atau mereka) masih panjang. Pesanku hanya satu, kalau mau bikin buku, segeralah menyelesaikan, jangan ditunda-tunda.

Nürnberg, 5 Desember 2012

iscab.saptocondro

P.S. Jadi pengen bikin buku juga.

Saturday, September 1, 2012

Warum?

What an Indonesian hears when a German ask "Warum?":
"Vaghghum?"

What a German hears when an Indonesian ask "Warum?":
"Uaarrrrrum?"

Nürnberg, 1 Septermber 2012

iscab.saptocondro 

Saturday, May 26, 2012

Kuliah di Bremen

Jaman dahulu, aku kuliah di Bremen. Di sini ada Bremens Brise atau Bremen's breeze, yang artinya angin sepoi-sepoi Bremen. Tingkat sepoi-sepoinya betul-betul sesuai dengan kenyamanan mesin pembangkit listrik, bukan kenyamanan manusia yang mudah masuk angin.

Seperti di kota-kota Jerman Utara lainnya, orang sini tidak menggemari payung. Pepatah "sedia payung sebelum hujan" tidak berlaku di sini. Jas hujan lebih berguna daripada payung 5 euro yang tak bakal berbentuk lagi kalau terkena angin dari Laut Utara. 

Di negara bagian Bremen, terdapat dua kota: Bremen dan Bremerhaven. Orang yang senang dengan hujan dan angin, cocok tinggal di Bremerhaven. Orang yang senang naik sepeda di jalan yang relatif datar-datar saja cocok tinggal di kedua kota tersebut. Rem sepeda tidak terlalu dibutuhkan di kota Bremen, berdasarkan pengalamanku yang selalu punya sepeda murahan tanpa rem yang jelas.

Sungai Weser melalui kota Bremen hingga Bremerhaven di Laut Utara. Pelaut-pelaut hanseatik jaman dahulu melalui sungai ini dengan Hansa Cog ketika mereka berlabuh di Bremen. Dengan kapal yang lebih besar dari Hansa Kogge, mereka membawa tembakau dari seluruh dunia untuk diperdagangkan di Tabak Börse (bursa tembakau Eropa) di Bremen.

Di Bremen dan Bremerhaven ada mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang membentuk PPI Bremen dan KKOB. PPI Bremen itu singkatan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Bremen, bagian dari PPI Jerman. KKOB itu Kita-kita Orang Bremen, yang kerjaannya ngumpul buat masak-masak, makan-makan, nonton film, dan membantu menghabiskan makanan kalau ada kegiatan orang Indonesia di Bremen. Semboyan KKOB adalah "Hajar dan Habisi!" (kalau ketemu makanan).

Universitas apa saja yang ada di Bremen-Bremerhaven?

  • Universität Bremen (uni), kampusku dulu tempat aku kuliah sastra
  • Hochschule Bremen (HS)
  • Hochschule Bremerhaven (HS)
  • Hochschule für Künste Bremen (HfK)
  • Hochschule für Öffentliche Verwaltung Bremen (HfÖV)
  • Hochschule für Internationale Wirtschaft und Logistik (HIWL), kaga gratis
  • Jacobs University Bremen (Jacobs), universitas swasta, kuliah Bachelor dan Master di sini kaga gratis, ada uang kuliah 10000 euro per semester.

Kampusnya kaga sebanyak kampus di kota Bandung, apalagi Jakarta. Tapi aliran dana penelitiannya kencang. Uni Bremen selalu masuk 5 besar dalam menyerap dana penelitian dari Pemerintah Jerman.

Kuliah di perguruan tinggi negeri di sini tidak dipungut uang kuliah 500 euro (tuition) kalau belum lewat batas 7 tahun kuliah dan kalau kamu putra daerah (Landeskinder). Putra daerah maksudnya orang yang tinggal dan terdaftar (angemeldet) di Bremen. Jadi kalau mau kuliah gratis, jangan tinggal melewati perbatasan kota Bremen atau Bremerhaven. Jangan terima apartemen di Delmenhorst karena itu udah negara bagian Niedersachsen (Lower Saxony), sudah bukan Freie Hansestadt Bremen.

Walau tidak ada uang kuliah, tapi tiap semester ada biaya sekitar 200 euro untuk status mahasiswa, administrasi, perpustakaan, fasilitas olahraga murah, dan yang paling penting buat jalan-jalan: Semesterticket. Dengan tiket ini, mahasiswa-mahasiswi Bremen bisa "studi banding" ke Hannover, Hamburg, Osnabrück, Cuxhaven, Emden, dll.

Orang Indonesia jaman Orde Soeharto senang mengambil jurusan teknik, kelautan, dan ilmu alam di Bremen. Kalau mengambil jurusan ekonomi, politik, dan sosial, bisa dicurigai sebagai komunis karena Uni Bremen adalah kampus kiri (Linke). Tapi jaman sekarang beda. Orang Indonesia kini banyak mengambil International Studies of Global Management (ISGM) di HS Bremen, supaya bisa ikut pertukaran pelajar ke Jogja atau Bandung.

Kalau ingin kuliah di 4 kampus sekaligus di Bremen, bisa memilih jurusan Digital Media, baik bachelor maupun master. Jurusan ini kerja sama kampus Uni Bremen, HS Bremen, HS Bremerhaven, dan HfK Bremen. Kalau ingin meneliti laut di Indonesia bisa mengambil S3 di Uni Bremen dan berkantor di Leibniz-Zentrum für Marine Tropenökologie (ZMT) kalau suka sosio-ekologi tropis atau Max Planck Institute (MPI) kalau suka mikrobiologi laut. Bisa dimulai dari jurusan master International Studies in Aquatic Tropical Ecology (ISATEC), yang di atas 90% mahasiswanya didanai oleh DAAD.

Apa kegiatan mahasiswa-mahasiswi Indonesia di Bremen?

  • PPI Bremen, yang kegiatan utamanya makan-makan dan olahraga bareng kalau cuaca mendukung. Setelah olahraga bareng, ada makan-makan.
  • Pengajian Bremen, yang tidak dipengaruhi oleh partai politik atau aliran tertentu, berbeda dengan beberapa kota lain di Jerman.
  • KMKI Bremen, baru dibentuk oleh Dewangga dan Pau Pau.
  • Perki Bremen, yang mengadakan kebaktian setiap minggu III dan pendalaman kitab suci tiap minggu I tiap bulan
  • Gracioso Chamber Choir, buat yang suka paduan suara. Dilatih oleh Robin yang murah senyum dan penuh dedikasi.
  • Gamelan, ada dua klub tempat belajar gamelan 
  • Temu Tantuni, bertemu di warung Tantuni untuk makan Dürüm.
  • Temu Hauptbahnhof, bertemu di stasiun, biasanya ini kegiatan insidental dalam rangka ganti angkot atau janjian sama teman.
  • Temu Vina, bertemu di Vina Store, toko Asia tempa beli beras Asia Tenggara, indomie, dan bumbu-bumbu favorit orang Indonesia. Ini juga biasanya kebetulan.
  • KKOB (Kita-kita Orang Bremen), ini perkumpulan misterius di Bremen. Tokoh utamanya para dukun pemegang pusaka. Semakin sakti seorang dukun, semakin kuat hidungnya dalam mengendus informasi acara makan-makan.
  • Pergi ke danau universitas (Uni See) dan bergabung telanjang dengan kaum nudis di FKK Strand. OK, yang ini, tidak dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa-mahasiswi Indonesia di Bremen. Biasanya kita cuma bakar-bakar (Grillen), bermusik, main bola santai, atau main kartu di pantai danau ini.

Nürnberg, 26 Mei 2012

iscab.saptocondro

Saturday, February 25, 2012

Biaya hidup seorang dukun di Bremen

Selain tentang biaya hidupku tahun 2011 di Bremen, aku ingin menulis tentang biaya hidup seorang dukun di Bremen. Baca tulisan sampai bawah kalau ingin tahu dukun ini lebih lanjut.

***

Biaya bulanan

  1. Bayar kos = 70 EUR
  2. Asuransi kesehatan privat = 40 EUR
  3. Makan di rumah = 45 EUR
  4. Telpon = 5 EUR
  5. Kebersihan = 5 EUR

TOTAL bulanan = 165 EUR

***

Biaya Semester

  1. Semesterticket = 190 EUR
  2. Pakaian = 5 EUR

Biaya semester dibagi 6 = 32,5 EUR

Jadi tiap bulan dia butuh 197,5 EUR.

Ditambah biaya darurat 25% (49,38 EUR) menjadi 246,88 EUR per bulan.

***

Biaya di atas hanyalah ramalan alias prediksi dari dukun lain di Bremen yang pindah ke Nürnberg. Penjelasannya sebagai berikut.

  1. Dukun ini tinggal di Kuburan 24. Kos di sana khusus buat dukun ini murah. Selain itu, dia tinggal bersama (Wohnungsgemeinschaft/WG/apartment sharing) dengan banyak kawan, sehingga biaya makan di rumah bisa ditekan.
  2. Asuransi kesehatan privat juga sebetulnya tak lebih dari 40 EUR.
  3. Dukun ini jarang nelpon, nampaknya juga takkan sampai 5 EUR per bulan.
  4. Dukun ini jarang bersihin rumah/kamar, hehehe. Nampaknya biaya kebersihan hanya dipakai untuk beli sabun mandi, pasta gigi, dan shampoo.
  5. Semesterticket Uni Bremen dibeli dukun ini supaya bisa naik angkot sampai Hamburg dan Hannover.
  6. Tidak diketahui berapa besar anggaran dukun ini untuk beli pakaian tiap semester atau tiap tahun. Dukun ini biasanya senang sekali dengan baju pemberian orang. Anggap saja 5 EUR per semester.
  7. Sekarang aku tahu kenapa kiriman 200 EUR per bulan cukup untuk menghidupi dukun ini.

***

Dukun ini disebutkan dalam kisahku di Bremen ketika makan-makan bersama Mba Rina dan legenda Bremen. Tempat tinggal dukun kuncen ini, yaitu Kuburan 24, pernah kuceritakan ketika meninggalkan Bremen. Dukun ini sangat sakti. Dia pernah kuliah di kampus Gajah Tapa di Bandung. Seperti logo kampus perguruan tinggi negeri di Bandung tersebut yang duduk di atas buku, dukun ini pernah tidur di atas puluhan buku yang dipinjam dari Uni Bremen dan HS Bremen.

Cerita ini kudapat dari teman kosnya di Kuburan 24. Puluhan buku ditumpuk rapi, lalu di atasnya ditumpuk pakaian-pakaian kemudian sprei. Tidurlah dukun ini dengan tenang di atas buku-buku tersebut.

Ketika dukun kuncen ini pergi dari Bremen dan terbang ke Indonesia untuk selamanya, kosmologi Bremen berubah drastis. Kemudian gunung Eyjafjallajökull meletus di Islandia yang abunya mematikan penerbangan di Eropa. Kesaktiannya betul-betul mengguncangkan Eropa. Dukun-dukun lain di Bremen pun terguncang dan mereka melakukan tapa thesis bersama-sama secara serius untuk menghormati kepergian dukun dari Kuburan 24 ini.

Nürnberg, 25 Februari 2012

iscab.saptocondro

Friday, February 17, 2012

Biaya Hidupku di Bremen tahun 2011

Teringat masa-masa tinggal di Bremen. Biaya hidup di sana lebih murah daripada di Bayern, tempat tinggalku sekarang. Di bawah ini, perhitungan kasar biaya hidupku di Bremen di tahun 2011, pada masa-masa paska kuliah (bahasa halus dari masa pengangguran atau pencarian kerja).
***
Biaya Bulanan
  1. Bayar kos =  220 EUR
  2. Asuransi kesehatan privat = 70 EUR
  3. Makan di rumah = 70 EUR
  4. Makan di luar = 80 EUR
  5. Telpon = 20 EUR
  6. Kebersihan = 25 EUR
  7. Tiket transportasi = 50 EUR
TOTAL Bulanan = 535 EUR

Biaya Tahunan
  1. Pakaian = 60 EUR
Biaya tahunan dibagi 12 = 5 EUR
Tiap bulan intinya butuh 540 EUR
Darurat 25% = 135 EUR
TOTAL Semua = 675 EUR / bulan
***
Kira-kira penjelasannya sebagai berikut:
  • Bayar kos itu wajib kalau tidak mau diusir. Mencari Wohnung/apartemen itu tidak mudah. Yang penting bisa dapat tempat tinggal. Kadang kita bisa dapat Wohnung murah dan kadang tidak.
  • Asuransi privat tahun pertama mungkin bisa didapat seharga 35 - 40 EUR. Tahun kedua 70 EUR kira-kira.
  • Sebaiknya menggunakan asuransi kesehatan yang gesetzliche Krankenversicherung. Untuk student berusia di atas 30 tahun, biayanya memang 130-140 EUR per bulan, tapi tidak perlu bayar uang di muka untuk di-reimburse kemudian.
  • Makan di rumah lumayan menekan biaya kantong. Apalagi kalau tinggal bersama (WG/Wohnungsgemeinschaft)
  • Makan di luar buatku penting untuk bersosialisasi dan untuk variasi gizi. Serta untuk mendapat ide, masak apa. Makan di Mensa/kantin universitas termasuk makan di luar.
  • Biaya kebersihan adalah biaya membeli sabun mandi, shampoo, deodoran, deterjen, alat pembersih kaca, cairan buat ngepel lantai, cairan pembersih, sabun cuci piring, kantong debu vacuum cleaner, dll. Selain itu, biaya mencuci pakaian juga termasuk di sini. Biaya kebersihan penting buat sosialisasi. Pasti kamu ingin tampil bersih dan wangi serta tidak pakai pakaian penuh bercak kalau keluar rumah. Juga kamu ingin punya rumah yang ramah tamu (rapi dan bersih). Kamu juga kaga mungkin menyediakan piring yang jamuran kepada tamu.
  • Tiket bus per bulan kubayar 50 EUR. Sewaktu masih student, aku beli tiket 200 EUR per semester (lebih murah).
  • Biaya pakaian bagiku tak terlalu banyak. Kalau kamu wanita atau pria metroseksual, biaya pakaian per bulan itu pasti per bulannya besar.
  • Biaya tak terduga harus selalu diperhitungkan karena banyak hal yang tak pasti di dunia ini. Untuk contoh di atas, kupakai 25% dan ini mungkin lebay.

Nürnberg, 17 Februari 2012
iscab.saptocondro