Wednesday, February 3, 2010

Sabtu akhir Januari 2010

Sabtu lalu, 30 Januari 2010...
...ada apa?

***

Kisah ini bermula Kamis lalu, ketika Si Cantik tidak membalas telponku. Sehari kemudian, aku mendengar suara merdunya melalui telpon dari Mas Dalang. Mereka mengajakku jalan-jalan ke Bremerhaven pada hari Sabtu. Aku memberi sinyal positif kepada mereka.

Sabtu pagi (lebih tepatnya siang), kami berlima:
  • Aku (punya keahlian memprediksi kenyataan dari gosip menggunakan Kalman Filter)
  • Si Cantik (punya keahlian bikin orang tampil ganteng atau cantik di foto)
  • Mbak Sapu Jagad (punya keahlian bersih2: nyapu, ngepel)
  • Mas Dalang (Dalang Java Script)
  • Mba Dalang (istri Mas Dalang, jago main gamelan, lho)
kumpul di HBf Bremen
(urutan di atas ditulis berdasarkan orang2 yg kutemui pertama kali)

Kami pun naik kereta RE jam 10.56 tidak terlambat. Dari Bremen menuju Bremerhaven butuh sekitar 30 menit. Sesampainya kami di sana, kami berjumpa dengan Mbau Pau. Kami naik bus cinta di Bremerhaven menuju Pondok Indah Mbau Pau.

Di rumah beliau kami disuguhi dengan makanan spesial mahasiswa, yaitu Pizza. Di rumah tersebut ada bola sakti buat olahraga. Semua mencoba bola ini untuk mencoba-coba latihan pengencangan perut.

Sesudah itu, kami berenam pergi keliling kota. Kami menuju Klimahaus. Aku satu-satunya yang belum pernah melihat dan masuk gedung tersebut. Para cantik melakukan window shopping, Mas Dalang foto2, sedangkan aku bolak-balik kaga ada kerjaan. Mas Dalang dan Si Cantik membawa DSLR sehingga aku dan kawan2 yang tidak bawa kamera jadi model.

Setelah window shopping dan foto-foto dalam Klimahaus, kami pun melihat Sonnenuntergang (alias sunset alias terbenam). Saat itu indah. Susah diungkapkan dengan kata-kata. Keindahan Rayleigh Scattering, diabadikan dengan kedua kamera. Tubuh kamipun memperindah siluet pada hasil jepretan kamera. Keindahan Mie Scattering ditambah acara loncat bersama menjadikan suatu foto profil baru kami di Facebook (Baru diganti Senin awal Februari kemarin hingga waktu yang tak ditentukan).

Udara Bremerhaven saat itu lembab dingin berangin. Tangan menggigil kemerahan. Tapi asyik bisa melihat keindahan matahari terbenam. Aku jadi ingat masa lalu diriku di Bandung yang suka memandang sunset dari atap rumahku. Lebih indah daripada sinetron di televisi.

Kamipun (minus Mbau Pau) kemudian naik kereta kembali ke Bremen. Kami lelah. Dari kereta tersebut aku melihat bulan purnama tampil dengan anggun, percaya diri dan tidak bersembunyi di balik awan. Sayang sekali keindahan purnama tidak bisa kusaksikan bersama Si Cantik. Beliau terlalu lelah hingga tidur bersenderkan jendela.

Aku teringat masa lalu diriku yang memuaskan dahaga jiwaku memandang keindahan bulan. Aku tak peduli apakah bulan menampilkan keanggunan purnama atau senyum manis bulan sabit. Kadang aku gemas ketika bulan malu-malu bersembunyi di balik awan. Bulan selalu setia menemani hari-hariku yang sepi. Sampai kini, aku belum menemukan wanita yang mau memuaskan jiwa dengan memandang bulan bersamaku.

Sesampainya di Bremen, kami berpisah. Yang lain pulang ke rumah masing-masing. Aku pergi ke acara ESG Bremen. Di sana ada acara perpisahan Pastorin dan ada makanan gratis. Dasar nasib anak kos, aku tak bisa bebas dari kecanduanku akan makanan gratis. Kali ini aku satu-satunya orang Indonesia sendirian di sana. Paha ayam besar khas Gropelingen hasil masakan Memo (Mohammed) tersaji di sana. Anggur (Wine/Wein) gratis ada juga. Tentu saja bir gratis. Aku hanya minum anggur supaya tidak hangover hari esoknya.

Acara perpisahan berisi persembahan acara dari setiap kegiatan di ESG. Karena aku telat datang, aku kehilangan 1 jam acara. Namun aku bisa menikmati kor ESG, yang kurang kompak dan kurang pria tapi lagunya bagus. Kemudian makan-makan tadi. Lalu mendengar Sawa, perempuan dari Togo, menyanyikan lagu "One Last Cry" dari Brian McKnight. Ada pula acara yang disajikan theater improvisasi "efKaKa". Juga ada acara tebak kopi, mengingat ESG terlibat dalam penjualan kopi Fair Trade. Kopi mana yang dijual ESG? Kemudian ada Tango bersama Pastorin. ESG juga punya kegiatan Tango Argentino. Malam hingga pagi, acaranya dilanjutkan dengan dugem.

Aku pulang jam setengah dua, karena aku kangen ranjang. Sialnya aku kebelet pipis. Sesampainya di rumah, WC dipakai oleh teman kosku. Ah Tidak! Kok dia belum tidur. Aku masuk kamar menunggunya selesai dengan urusannya. Ternyata lama sekali. Akhirnya aku mencari botol bekas. Tergesa-gesa, anuku tidak bisa masuk botol. Sebagian air seni muncrat membasahi celanaku. Untung tidak banyak, karena aku berhasil mengarahkan air seni ke dalam botol. Ternyata aku pipis hampir setengah liter. Botol nyaris terisi penuh. Setelah itu, aku mengelap daerah-daerah kamarku yang terpercik air seni dan membuang isi botol ke toilet. Tentu saja botol kubilas karena aku masih megang botol tersebut untuk Pfand di ALDI, sehingga bisa kutukar dengan uang.

***

Betul-betul Sabtu yang penuh pengalaman indah yang mengisi dahaga jiwaku akan hangatnya persahabatan dan kerinduanku akan pengalaman baru.

Apa lagi, ya, pengalaman berikutnya?


No comments:

Post a Comment