Kota Bremen, dengan anginnya yang dingin menyegarkan, memiliki banyak cerita yang selalu mengalir dalam kehangatan orang-orang Indonesia yang makan tidak makan asal berkumpul. Sebagian dari mereka menjadi legenda, bukan karena studinya, melainkan karena mereka memiliki sesuatu yang dibagikan kepada segenap manusia.
Terkadang mereka tidak menjadi kepala suatu organisasi. Namun mereka memilih menjadi jantung alias "the heart of organisation". Mereka mengisi segenap suka duka manusia-manusia Indonesia di Bremen. Itulah yang membuat mereka menjadi legenda di Bremen.
Kali ini, aku akan bercerita mengenai dua orang yang pernah menamatkan studinya di Bremen, yaitu Abe Susanto dan berikutnya Okta Nofri. Yang pertama adalah legenda Bremen yang belum pernah kutemui. Yang terakhir adalah seorang kawan seangkatan penerima beasiswa DAAD. Kesamaan keduanya adalah menulis buku tentang studi ke Jerman.
Abe Susanto (li,fb,tw) menerima beasiswa DAAD untuk mengikuti program doktoral di Universität Bremen. Bidang penelitiannya adalah rumput laut (http://rumputlaut.org). Dia mengajar di Universitas Diponegoro Semarang. Di Bremen, dia dikenal oleh banyak orang Indonesia dari berbagai kegiatan dan perkumpulan. Ada yang bilang kalau dia "Pak RT-nya Bremen". Aku tak pernah bertemu
Bersama dengan I Made Wiryana dan Adang Suhendra, Abe Susanto mengarang buku Orang lugu sekolah di Jerman. Buku ini membantuku dalam memperjuangkan beasiswa hingga bisa kuliah di Bremen. Buku tersebut bisa dibeli di toko buku, seperti dulu kubeli di Gramedia. Kalau senang dengan yang gratis, buku tersebut bisa diperoleh di kambing UI dalam bentuk pdf: Sekolah di Jerman. Resensinya bisa dilihat di Google Books.
Okta Nofri (li) mengikuti program doktoral di Jacobs University of Bremen. Bidang penelitiannya adalah ekonomi. Berbarengan denganku, dia menerima beasiswa DAAD, sehingga kami kadang pergi bersama mengikuti seminar gratis yang diadakan oleh DAAD. Di Bremen, dia senang berkumpul di Pengajian Bremen dan pada rapat-rapat penting PPI Bremen.
Ada selentingan kabar di tahun 2008, kalau Okta Nofri mengarang buku: Panduan Studi di Jerman for SmartStreet Student. Aku belum membaca buku tersebut jadi tidak bisa berkomentar banyak di posting blog kali ini. Silahkan cari bukunya di tautan yang diberikan oleh SmartStreet.
Selain kedua orang tersebut, ada satu orang Indonesia di Bremen yang senang mengarang buku di Indonesia. Namanya adalah Mas Nganu. Buku-buku karangannya tentang IT dan arsitektur. Dia sempat menceritakan keinginannya tentang menulis buku mengenai kuliah di Jerman. Tapi aku belum menemukan buku tersebut. Kudoakan semoga pengalamannya menjadi mahasiswa Erasmus bisa tertuang di buku.
Sebetulnya ada lagi orang Indonesia di Bremen yang lagi membuat novel. Tapi sepertinya perjalanannya (atau mereka) masih panjang. Pesanku hanya satu, kalau mau bikin buku, segeralah menyelesaikan, jangan ditunda-tunda.
Nürnberg, 5 Desember 2012
P.S. Jadi pengen bikin buku juga.