Selain itu, menu nasi kuning, rendang, dan kolak, betul-betul menghibur diriku yang baru sibuk urusan mengepak barang untuk pindahan. Oh, ya, dalam dua minggu, barangku akan berpindah dari Nürnberg ke Bremen. Lalu urusan berikutnya adalah sekolah mengemudi. Memiliki SIM Jerman bisa membuat pindahan jauh lebih murah.
Seusai kegembiraan pertemuan ini, ada suatu hal yang menyebalkan. Orang Indonesia memiliki masalah dalam menghormati privasi orang. Di saat aku masih stress dengan urusan kepindahanku ke Bremen, masih ada orang yang sok tahu mengurus pilihan hidupku mengenai jodoh. Betul-betul cara tidak sopan menyambut orang yang baru datang ke suatu kota.
Baru kali ini, aku merasa kesal dengan obrolan seperti ini. Aku diatur bagaimana aku harus mencari jodoh. Kapan aku harus mencari jodoh. Bagaimana aku harus membawa jodoh. Aku tidak menyangka kalau jawabanku bahwa aku masih mengurus kepindahanku ke Bremen, tidak cukup menjawab pertanyaan mereka kenapa aku tidak mencari jodoh saat ini. Bapak-Ibuku dan keluargaku yang lainnya bahkan tak pernah mengatur diriku seperti ini. Sedangkan ini, orang yang sama sekali tak dekat di hatiku, bisa sok mengatur jalan hidupku.
Untung aku lelaki. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku perempuan. Bagaimana peer group menodongkan pertanyaan yang tak berhenti. Jawaban apapun takkan memuaskan mereka. Setiap jawabanku dibantah dengan kata-kata yang sok mengatur bagaimana seorang mencari jodoh. Mereka hanya ingin membakar pantat orang yang ditodong pertanyaan.
Aku teringat seorang perempuan. Dia menangis usai suatu pertemuan orang Indonesia. Pada pertemuan itu, ia ditodong berbagai pertanyaan seputar pilihan hidupnya. Cecaran pertanyaan memang bisa melelahkan. Kali ini, aku yang jadi target interogasi.
Kini kusadari kenapa beberapa orang Indonesia di Bremen dalam menerima undangan akan bertanya "Siapa aja yang diundang?", "Siapa aja yang datang?", dll. Mereka tidak mau bertemu orang tertentu. Mereka harus pasang kuda-kuda dan siap mental kalau sampai bertemu orang yang ini atau orang yang itu.
Aku pun bersyukur karena aku bisa belajar mengenai pribadi manusia. Kali ini, aku harus berhati-hati dalam memilih lokasi tempat duduk dan ada siapa dalam ruangan. Aku harus menghindari orang tertentu sebelum dia mulai obrolan skak mat. Atau lebih baik, aku lebih banyak bertemu mahasiswa yang bisa mengobrol tema pendidikan, politik, film, dll daripada bertemu orang-orang yang mengobrol topik dunia perjodohan melulu.
Cara berlatih debat ialah jadi jomblo sendirian di tengah pertemuan orang Indonesia. #fb #TodayLesson plurk.com/p/idvq8r
— iscab.saptocondro (@saptocondro) March 31, 2013
Bremen, 31 Maret 2013
No comments:
Post a Comment