Monday, December 14, 2009

Workshop Pempek Palembang, Desember 2009

Sabtu, 12 Desember 2009,

Workshop Pempek Palembang di Bremen telah kuikuti dengan sukses tanpa menyebabkan ketidakseimbangan kosmologis. Tidak ada bencana alam dan bencana lainnya. Gempa bumi, badai, tsunami, dll tidak ada. OK, ada udara dingin di Bremen. Tapi itu bukan ketakseimbangan kosmologis.

Workshop ini bertempat di rumah Bu Sannyo G., selaku guru Workshop.
Peserta Workshop adalah
Workshop ini dimulai dengan hidangan pembuka yang dibuka pada pukul 12.00. Hidangan berisi daging sakti (spesial dari Bu Sannyo G.) dan sayur hijau berteri (yang pokoknya enak, lah). Setelah makan, dimulailah pembentukan adonan Pempek Palembang.

Pukul 14.00 lebih sedikit, datanglah dua orang telat bangun (dan telat berangkat): Calon Pemenang Hadiah Nobel dan Highlander, the Legend of Bremen. Mereka berdua segera dikasih makan daging sakti dan sayur hijau tadi. Yang jelas, dua orang ini tidak lulus sesi membuat adonan.

***

Adonan Pempek Palembang mengandung
  • aci (tepung tapioka), dibeli di toko Asia
  • ikan, dibeli di toko Asia
  • bawang putih, yang diulek atau digerus atau diblender, dibeli di toko Asia
  • garam
  • air secukupnya (jangan sampai jadi lem aci)
  • gula sedikit (kalau tidak pakai penyedap rasa alias MSG)
Komposisi tidak diketahui karena penulis blog ini termasuk yang telat datang. Tapi berdasarkan jurnalisme investigatif, aci dan ikan dibuat kira-kira sama volumenya. Cara pembuatan adonan tidak diketahui karena you know, lah.

Supaya terasa enak, adonan tersebut harus diremas-remas oleh Stella. Kemudian ditaruh di kulkas selama 1 jam.

***

Selain adonan, hal penting dalam makanan khas Sumatera Selatan ini adalah Cuko Pempek.

Cuko Pempek mengandung
  • air mendidih
  • gula jawa yang coklat kehitaman
  • cabe rawit
  • bawang putih
  • garam
  • cuka
  • gula putih sedikit kalau tidak ada penyedap rasa (MSG)
Bawang putih dan cabe rawit plus sedikit air diulek atau diblender supaya rata tercampur. Bisa menggunakan garam untuk mempermudah pengulekan.

Gula jawa dan garam dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih. Lalu setelah gula jawa dan garam larut, tambahkan cuka secukupnya. Sebetulnya, kalau pakai asam bisa lebih enak. Lalu hasil ulekan (cabe rawit dan bawang putih) dimasukkan ke dalam panci tersebut. Aduk-aduk, sesuaikan komposisi bumbu (garam, gula, cuka, dll). Jadilah Cuko Pempek!

Perlu diperhatikan bahwa cuka (asam asetat atau CH3COOH) di Indonesia dan di Bremen berbeda komposisi. Di Indonesia bisa dapat cuka 25% asam asetat. Sabtu ini, kami memakai cuka 5%.

***

Setelah adonan Pempek Palembang selesai dikeram di kulkas, adonan ini siap dibentuk.
Teknik pembentukan ala Bu Sannyo adalah:
  1. Cucilah tangan dengan bersih
  2. Keringkan tangan
  3. Tangan yang kering diberi tepung beras
  4. Tangan bertepung tersebut dipakai mengambil (mencomot) adonan dan membentuknya sesuai keinginan
Bentuk Pempek Palembang ada banyak:
  1. Lenjer (panjang dan lonjong)
  2. Bulat
  3. Kapal Selam
Pempek Lenjer dibuat dengan menggulung adonan dengan kedua telapak tangan membentuk benda lonjong dan panjang. Stella senang dengan bentuk yang lebar-lebar dan Condro senang bentuk yang panjang-panjang sedangkan Riri senang yang lonjongnya halus.

Pempek yang bulat dibuat dengan menggulung adonan menjadi bola kecil seperti bakso. Condro senang membulat-bulatkan adonan karena bulat itu lebih indah daripada lonjong. Sebetulnya sih karena mudah.

Pempek Kapal Selam mengandung telur di dalam adonan. Bagi pakar Advanced Pempek Engineering, sangat mudah memasukkan telur mentah ke dalam adonan kemudian melipat adonan tersebut. Bagi pemula macam kami-kami ini, itu sulit sekali.

Berhubung Bu Sannyo adalah guru yang kreatip (pakai p), maka telur direbus dulu. Kemudian telur (yg sudah dikupas kulitnya) dibelah jadi dua. Telur belahan tersebut dimasukkan ke dalam adonan Pempek Palembang. Jadilah adonan Kapal Selam.

Adonan-adonan yang sudah dibentuk tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih. Maksudnya direbus. Adonan akan tenggelam dalam air mendidih dan setelah matang, akan mengambang. Sesudah itu jadilah Pempek Palembang siap goreng.

***

Beberapa orang menggoreng Pempek supaya gurih dan enak dikunyah. Beberapa tidak. Kami memilih untuk menggorengnya.

Ada dua teknik menggoreng Pempek Palembang:
  1. Biasa
  2. Lenggang
Pempek Lenjer dipotong-potong lalu dicampur telur kemudian didadar (jadi omlet). Nah inilah Pempek Lenggang.

Pempek lainnya biasanya digoreng secara biasa.

***

Kami menyajikan Pempek Palembang bersama mie dan timun.
Kali ini, tidak ada ebi karena Stella ingat membawa kamera dan lupa membawa ebi.
Oleh karena itu, Workshop II akan diadakan di tempatnya.

Rasanya enak, seperti Pempek Palembang impianku.

Banyak yang kepedasan, kecuali diriku. Ini karena yang lain makan Pempek sambil ngobrol sedangkan kududuk diam memakan Pempek. Baru setelah usai, barulah kurasakan pedasnya Cuko Pempek.

***

Aku bersyukur kepada Tuhan karena kutukan Pempek Palembang telah berakhir. Kutukan ini pun hilang diiringi kebersamaanku dengan beberapa anggota Perki Bremen, baik yang banyak berpengalaman maupun yang muda-muda. Aku sudah tak terkutuk lagi, seiring dengan pendaftaran jadwal thesis di Master Office Uni Bremen. Sekarang aku semakin mendalami makna kutukan ini. Akan kuceritakan di tulisan lainnya aja.

3 comments:

  1. setelah makan pempek.. jalan2 memburu foto di kota bremen yg berhawa dingin juga mengasyikan =]

    ReplyDelete
  2. Tahun 2013, aku bermimpi membuat Pempek Jando. Pempek Palembang dengan bumbu White Widow.

    ReplyDelete