Sunday, April 4, 2010

Paskah & 4 Tahun di Bremen

Hari ini, 3 April 2010,

Aku memeringati dua hal:
  • 4 tahun di Bremen, dan sayangnya belum lulus master
  • Malam Paskah 2010, yang berarti Paskah kelima di Jerman.
***

Hari dimulai dengan bangun pagi (Pagi? Siang kaleeee). OK, bangun siang tepat jam 12. Aku bangun seperti biasa selalu ingat dia. Oh, aku lupa bilang, sudah 6-8 bulan ini (kaga bisa ngitung, euy), aku sulit melupakan cewe ini. Tiap bangun pagi yang terlintas dalam pikiranku adalah dia. Tapi cewe ini terlalu cerdas dan berpengalaman dalam membangun tembok yang sulit kutembus. Semua kungfu dan jutsu sudah kucoba, baik jurus lama maupun jurus mendadak baru. Namun cewe ini sepertinya adaptif dan resilient. OK, mungkin orang optimis seperti Naruto akan bilang bahwa aku perlu menciptakan jutsu baru.

Empat tahun di Bremen, kisah cintaku naik turun, kadang seiring dengan irama naik-turunnya percaya diriku. Terkadang ingat mantan. Lain waktu, berkenalan dengan wanita baru. Yang tidak mudah juga karena aku kurang berpengalaman. Dalam dunia percintaan, aku memang harus belajar banyak. Kali ini, aku berharap bisa belajar bersama cewe yang bikin aku selalu ingat dia setiap bangun pagi.

Oh, ya, belum cerita tentang cewe ini. Dia cerdas, baik intelektual maupun finansial. Cantik? Hmmm... Dari pandangan pertama kulihat biasa saja. Akan tetapi setelah melihat matanya yang berkilauan, aku terpesona. Dengan kata lain, matanya indah. Pertama aku pikir itu karena contact lens. Sayang sekali, akhir-akhir ini mata indahnya tertutup rambut. OK, dia juga imut alias "cute". Sexy? hmmm... No comment, yang jelas sih masih jomblo (kok, kaga nyambung, ya?).

Awalnya cewe ini tidak membuatku tertarik, akan tetapi ada satu mantra yang diucapkannya yang bisa menggerakkan hatiku yang nampaknya sudah kokoh membatu. Selain itu, dia membuat sesajen yang cocok dengan lidahku dan perutku. Mantra dan sesajen tersebut bikin aku suka. Tapi yang paling utama adalah mantra itu. Kadang kuberharap dia tidak pernah menyebut mantra itu, supaya aku tidak menderita seperti ini setiap bertemu dengan dirinya. Dia kabur dalam benteng kokohnya setelah mengucap mantra, inilah yang membuatku kesal. Betul-betul wanita tak bertanggungjawab!

Pasti pembaca penasaran, mantra apa yang diucapkan wanita ini.
(Ini adalah mantra rahasia, yang cuma diketahui sedikit orang)

***

Setelah bangun pagi, aku memasak "Sayur Cinta yang Hilang namun telah Terganti". Sayur ini kehilangan bawang bombai namun digantikan bawang putih yang ekstra alias berlebih. Sayur ini berasal dari Kitab Suci Vegetarian. Isi sayur adalah kacang merah (?), kacang panjang (?), dan jagung. Rasanya seperti masakanku yang biasa.
(Tanda tanya di atas, karena aku tak tahu sayur apa yang masuk ke dalam wajan. Anak kos tidak perlu tahu masak apa, yang penting enak dan bergizi)

Setelah makan, aku memeringati 4 tahun di Bremen dengan mencukur rambut. Lebih tepatnya, aku membayar orang mencukur rambutku. Aku pergi ke salon langganan. Kuntunjukkan fotoku jaman dahulu dengan rambut terbaik, lebih tepatnya tata rambut paling suboptimal. Ibu Iran tersebut mengangguk sanggup untuk menata seperti itu. Dawai musik yang tercipta dari mesin cukur dan gunting mengalun hingga telingaku. Telingaku aman, tidak terpotong gunting. Hasilnya lumayan. Lumayan pendek, bukan lumayan mirip foto yang kutunjukkan tadi. Ini adalah aplikasi suboptimal control dalam mencukur rambut. Tukang cukur tidak bisa merealisasi bentuk cukuran optimal, mengingat jumlah rambut masa mudaku di foto dan masa tuaku sekarang berbeda.

Seorang cewe manis bilang rambutku bagus dan rapi, lebih asyik dilihat. Seorang cewe cantik bilang rambutku mirip orang Turki. hahaha. Salam selalu buat Si Manis dan Si Cantik.

***

Setelah cukur, aku pulang ke rumah untuk mengisi perut lagi supaya tak kelaparan di malam hari. Kemudian aku Pesta Toilet lalu mandi, serta tidak lupa menggosok gigi. Pergilah aku ke gereja setelah tuntas urusan kamar mandi.

Hujan membasuh tubuhku, lebih tepatnya jaketku dan celanaku. Jaketku basah kuyup. Celanaku basah sedikit meresap. Kutunggu kereta angkot (Strassenbahn) yang mengantarku ke gereja. Aku sampai 10 menit sebelum acara mulai. Aku tahu aku takkan dapat kursi jadi aku berdiri. Aku melihat Flavia, cewe Brazil-Venezuela-Italia-Spanyol (campurannya kaga jelas, euy, saking banyaknya), juga berdiri. Berpandangan mata, senyum sedikit, dan melambaikan tangan. Tapi kok, malah Bapak India di depan Flavia juga ikutan? India ge-er kali.

Akupun mengikuti misa Malam Paskah. Seperti biasa, festival Kristus Cahaya Dunia bersama lilin, dengan ayat dari Kitab Kejadian tentang Penciptaan, Kitab Keluaran tentang pembebasan Israel dari Mesir, sisanya aku tak tahu, yang jelas ada Injil tentang kebangkitan Yesus dari kematian. Kemudian diikuti Litani Santo dan Santa lalu pembaharuan janji babtis dengan percikan air. Setelah itu, misa berjalan dengan urutan seperti biasa, Perjamuan Kudus, lalu pemberkatan kemudian pulang.

Seusai gereja, aku bertemu peserta misa lain yang lumayan dekat di hatiku
Mereka adalah keluarga "bahagia" walau mereka terkadang menggunakan bahasa yang tak kumengerti. Untungnya, Mas Dalang bisa berbicara denganku jika aku mulai "get lost in translation". Sebetulnya aku sebal sekali kalau mereka berkumpul lalu berbicara menggunakan bahasa yang tak kumengerti. Mas Dalang selalu menjadi penyelamatku.

Bahagia pakai kutip di atas maksudnya adalah ada dinamika yang aneh dari keluarga ini. Ada suatu hal yang menakutkan di balik semua keceriaan dan kehangatan. Semoga saja, firasatku ini salah. Aku bukan ahli mengenai dinamika keluarga. Jadi semoga aku salah.

***

Bersama "Keluarga Wayang" tersebut, aku pergi ke acara ramah-tamah Paskah. Aku dapat anggur merah dan sebutir telur. Satu mengandung alkohol, satunya lagi kolesterol. Kombinasi asyik. Kami merencanakan menu Paskah bersama di rumah Mas Dalang esoknya. Awalnya aku kesulitan untuk ikut acara ini karena kemampuan bahasaku terbatas untuk berbicara dengan mereka. Untungnya, Mas Dalang membantuku. Semoga aku bisa senang di acara ini besok. Semoga oh semoga. (Antara optimis dan pesimis)

Setelah itu, kami pulang ke rumah masing-masing. Kemudian aku menulis blog ini. Setelah itu, aku mau tidur menyambut pagi Paskah lalu bertemu mereka kembali. Oh, Tuhan lindungi aku!

***

Semoga setelah tidur, aku dapat bangkit menjadi Condro baru, seperti Yesus bangkit dari kematian. Aku merasakan bahwa kepercayaan diriku yang mati telah bangkit (perlahan-lahan). Paskah ini menjadi peringatan kebangkitan ini. Dua atau tiga tahun kuhabiskan waktu di Bremen memulihkan rasa percaya diri yang remuk redam, akibat pergumulan diri dalam studi dan cinta. Aku sudah menemukan diriku yang jernih tahun lalu saat kuberulangtahun ke-29. Kini dengan mata jernih aku melihat semuanya. Aku bisa melihat cahaya terang, yang bisa membantuku berjalan menyusuri tujuan hidupku. Aku bisa melihat diriku dan orang lain seperti dulu lagi. Kemampuanku pulih. Kemanusiaanku telah kembali. Aku sudah sembuh. Rasa takut sepertinya sirna dari diriku. Tinggal satu lagi lawanku, yaitu rasa malas. Semoga Paskah ini menjadi pertanda bangkitnya perlawanan terhadap kemalasan. Seperti moto Himpunan Mahasiswa Elektroteknik ITB, "We can fight!", aku akan berjuang melawan rasa malas.

Tidak kusesali 4 tahun di Bremen, Jerman.
Aku akan lulus menjadi Master of Science, yang 100% sarjana dan 100% manusia.
Aku juga akan menyatakan cintaku kepadanya, tunggu tanggal mainnya.


Selamat Paskah 2010!


No comments:

Post a Comment