Saturday, February 21, 2009

Sepak Bola Eropa 2008- sebelum Jerman dan Turki bertanding


Sepak Bola Eropa 2008- sebelum Jerman dan Turki bertanding

(ditulis 24 Juni 2008)


Keberadaanku di Jerman ini membuahkan pengalaman multikulti yang luar biasa. Bertemu teman berbagai bangsa dalam ruang kursus dan ruang kuliah, tak lupa jua Lab.

Piala Eropa ini memberi kesan menarik dari berbagai bangsa.


Seorang Doktor muda dari Prancis, Hubert, merasa bete karena Perancis gagal lolos babak penyisihan. Seorang rekan kerjanya, Thorsten, dari Jerman, mengatakan "French is not good at football". Kukatakan kepada Hubert bahwa bukan tidak jago bola melainkan emang lawannya berat-berat: Belanda dan Italia.

Lalu Thorsten bertanya kepadaku "Mengapa Indonesia tidak main di Piala Dunia?".

Aku jawab asal, "Nanti kita akan main di Piala Dunia, jika aturan kartu merah dan kartu kuning dihapus."


BTW, sepak bola adalah olahraga paling favorit di Indonesia dan kita memiliki banyak penonton setia dan komentator hebat untuk urusan sepakbola.


Alexandra, cewe cantik dari Polandia (sayang sekali udah punya cowo), teman kursusku, kesal sekali ketika Polandia kalah sama Jerman. Yang membobol gawang Polandia dua kali adalah Podolski, yang keturunan Polandia (dan lahir juga di Polandia). Dia lalu berkata, "Podolski jangan balik ke Polandia, pergi sana ke Jerman."


Vlad, dari Ceko, nampaknya pasrah-pasrah saja, karena Ceko gagal lolos babak penyisihan. Aku belum bertanya teman Ceko yang lainnya. Teman-teman kursus yang berasal dari Perancis juga nampaknya pasrah.


Sayang sekali aku tak bertemu kawan-kawan dari Turki. Nampaknya mereka bersemangat sekali pada pertandingan berikutnya, yaitu Semifinal Jerman-Turki. Di Bremen, di wilayah Gropelingen dan Walle, bendera Jerman dan Turki digantung di jendela apartemen. Kadang-kadang jumlah bendera Turki lebih banyak. Mudah-mudahan kalau Turki menang ada Doner gratis.


Temanku dari Kroatia, Olivier, sempat punya semangat yang sama dengan orang Turki. Dia udah senang karena di babak penyisihan, Kroatia menang melawan Turki. Namun Kroatia gagal melawan Jerman lagi gara-gara Turki. Kata-kata penting dari Oliver, adalah "Semoga Indonesia bermain di Piala Dunia, supaya kamu tak lagi mendukung negara lain dalam pertandingan sepakbola".


Mantanku di Bandung mendukung Jerman. Dia mendukung Jerman sejak Piala Dunia. Mudah-mudahan ada hubungannya dengan keberadaanku di Jerman. (bahasa lain: mudah-mudahan dia kangen ama aku yang ada di Jerman -> kok geer banget, ya?). Yah, intinya sih, aku masih ingin balik ama dia lagi. Ok, deh, balik ke sepakbola lagi.


Aku bilang, Jerman itu permainannya membosankan, suka mengulur waktu. Aku suka gemes kapan mereka menendang ke gawang. Pastor Ulrich Hogeman di gerejaku, sampai maki-maki, "kok, kaga nendang ke gawang?". Yah, tapi lumayanlah bisa lolos sampai kini.


Permainan kemarin (Spanyol-Italia) adalah permainan membosankan. Kok, Italia tiba-tiba main kaya Jerman, jarang banget nendang ke gawang. Udah itu, Italia jarang pasang akting di daerah penalty Spanyol. Rasanya sepakbola Italia tanpa akting cowo-cowo ganteng seperti sayur tanpa garam. Hebatnya adalah orang Spanyol yang akting di wilayah penalty Italia, dan kena kartu kuning.


Sara, dari Italia, begitu niat membuat Tiramisu, Spagheti ala Italia, Salat, dll untuk menemani dia dalam mendukung Italia. Namun dia memberi makan para pendukung Spanyol. Untung saja dia pulang pada babak pertama, kalau tidak, kita tak tahu seberapa sedihnya dia.


Michele, teman kursus, dari Italia, juga udah malas diajak ngomong tentang sepakbola. Yah, rata-rata orang Italia kecewa dengan pertandingan kemarin.


Permainan terhebat adalah Belanda lawan Prancis di babak penyisihan. Dua-duanya semangat, jadi aku sempat mendukung Belanda. Namun sayang sekali, Belanda terjegal Rusia. Yah, yah, pelatih Rusia adalah orang Belanda. Ternyata Belanda memang hebat dalam melatih bola.

Tahun ini, pemenangnya sulit diprediksi. Jerman lawan Turki dan Rusia lawan Spanyol, siapa yang lolos ke babak final?

Turki itu punya pemain yang lari cepat dan tidak ragu-ragu nendang ke gawang. Jerman itu suka lama nendang ke gawang, tapi ujung-ujungnya bisa menang. Jadi aku tak bisa memprediksi siapa yang menang.


Ok, deh, met nonton aja.

Tumbal cinta di Bremen

Untuk bisa studi di Bremen, seseorang harus punya tumbal cinta.
Artinya harus berpisah dengan kekasihnya untuk sementara atau untuk selamanya.

Beginilah cerita orang Indonesia Bremen bersama mantannya.

Buruh...

Hari ini (tepatnya dulu, 20 September 2007) kucoba merasakan apa yang dialami kaum buruh.

Kurasakan bahwa menjadi buruh hanya menjadi sekadar alat produksi bagi perusahaan.

Bang Mandor cuma bisa bilang

"Cepat",

"Schnell, bitte!",

"Jangan berhenti, satu menit pun tak boleh hilang"

"Wir werden keine Minute verlieren."

Pengen nonjok rasanya.


Sebagai buruh, kita hanya disuruh bekerja nonstop selama waktu kerja, dan tak diberi kesempatan mengambil napas.

Bagi pengusaha kita hanyalah mesin yang bekerja untuk mereka.

Pengusaha pun melihat buruh sebagai hal yang berharga sedikit.

Hari ini di tanganku, ada TV seharga 3000 euro lebih yang lewat sebanyak 1 TV per menit. Dalam sejam, tanganku membawa 60 TV, yang berarti 180.000 euro per jam. Upah per jamku 7.5 euro per jam. Betapa nilai buruh begitu kecil di mata pengusaha.

Upahku lumayanlah. Yang jelas, kalau aku bekerja sehari di suatu gudang di Hamburg, upahku sama dengan upah sebulan buruh di Surabaya.

Sistem kerjanya juga lumayan menyenangkan. Setiap 2 jam ada istirahat 10 menit. Kalau di Indonesia dan Malaysia (kata kawanku), buruh cuma dikasih istirahat makan siang. Lumayan manusiawi.

Nasibku lebih baik daripada buruh di Tangerang, Bekasi, Surabaya, Bandung, dll. Tapi tetap saja aku merasa dihisap oleh pengusaha.

Bagiku pekerjaan ini, hanyalah fitnes gratis (malah dibayar). Bagi beberapa orang pekerjaan ini adalah hidup mati keluarga. Terutama di Indonesia.

Dalam pekerjaanku di Hamburg, aku cukup dilindungi asuransi kesehatan, asuransi sosial, dll. Buruh di Indonesia belum tentu.

Bekerja bersama sesama buruh, berstatus student, dari beberapa negara memang pengalaman berharga. Ada orang Cina asli, Malaysia, India, Vietnam, Afghanistan, Jepang, dll. Menggunakan bahasa Jerman kacau dicampur bahasa Tarzan.

Dalam bekerja, semuanya bisa saling marah-marah. Ada rasa pengen nonjok rekan kerja atau bang mandor. Tapi semuanya makan bareng di ruang istirahat.

Kata-kata yang menyenangkan buat buruh adalah "Pause" (istirahat) dan "Feierabend" (jam pulang kerja).

Aku sekarang menulis ini dengan badan pegal2, sepulang kerja. Udah mandi air hangat dan keramas. Kayanya aku bakal tidur enak.

Hari ini, aku udah lumayan enak dengan sistem logistik. Kemarin aku nyaris menjatuhkan 3 tivi. Gabungan dengan ulah mandor yang bikin aku lemas dan stress gara-gara melihat profil mantan di FS.

Ya, udah, tidur dulu.

Kapan2 kuceritakan tentang hal2 menarik di tempat kerjaku.